Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) terus menggenjot penjualan sarang burung walet (SBW) yang tengah menjadi produk pertanian unggulan berorientasi ekspor.
Salah satu daerah yang tercatat sukses dalam urusan ekspor komoditas ini adalah Jawa Tengah (Jateng). Hingga September 2019, wilayah tersebut tercatat telah mengekspor SBW dengan kalkulasi total mencapai Rp 1,06 triliun.
Kepala Barantan Ali Jamil mengatakan, Jawa Tengah saat ini memang merupakan pusat industri terbesar produk sarang burung walet.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan potensi yang besar, Jawa Tengah merupakan sentra, tidak saja rumah walet tapi juga industrinya," ujar pria yang akrab disapa Jamil ini dalam sebuah pernyataan tertulis, Kamis (10/10/2019).
Sementara itu, Kepala Barantan Kelas I Semarang Wawan Durian menyebutkan, sesuai data dari sistem otomasi Barantan IQFAST di wilayah kerjanya, terdapat 56 eksportir walet dengan 31 rumah walet.
"Total ekspor pada periode Januari hingga September 2019 tercatat 38 ton senilai Rp 1,06 triliun, atau hampir 50 persen dari capaian nilai ekonomi SBW nasional yang mencapai Rp 2,2 triliun," papar dia.
Wawan juga menjelaskan bahwa untuk eksportasi sarang walet khusus ke China memiliki persyaratan teknis, diantaranya berasal dari rumah walet dan prosesing yang teregistrasi di Barantan dan General Administration of Customs of the People's Republic of China (GACC).
Di sisi lain, ia menyatakan, produk juga harus sudah dipanaskan dengan suhu inti produk tidak boleh dibawah 70 derajat Celcius selama 3,5 detik guna mematikan virus AI dan mikroba patogen lainnya.
"Selain itu, kadar nitrit produk juga tidak boleh lebih dari 30 ppm. Juga harus ada jaminan ketelusuran hingga ke rumah walet," tukas dia.
Indonesia Bakal Ekspor Sarang Burung Walet Senilai Rp 1 Miliar
Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ende di Wilayah Kerja Lembata mencatat, hingga September 2019 sebanyak 95 kg sarang burung walet dengan nilai ekonomi Rp 1 miliar telah disertifikasi untuk dilalulintaskan antarpulau, untuk kemudian diekspor ke sejumlah negara.
"Saat ini, produk pertanian di Ende belum dapat diekspor secara langsung. Hambatan telah kami petakan dan kami terus koordinasi untuk mencarikan solusinya," kata Kepala Barantan Ende Yulius Umbu Hunggar lewat sebuah pernyataan tertulis, Sabtu (21/9/2019).
Yulius menjelaskan, produk pertanian yang juga dikenal dengan sebutan liur emas ini telah dijamin kesehatan dan keamanannya sesuai dengan persyaratan negara tujuan.
Baca Juga
Menurutnya, kualitas sarang burung walet dari Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini sangat baik dan banyak digemari.
"Karena langsung dari alam (gua), kekhasannya ini yang dicari para konsumen pasar dunia. Ini peluang juga, kita dorong peningkatan produksi SBW (sarang burung walet) artificial ini agar mampu tembus pasar yang lebih luas," tutur Yulius.
Sebagai informasi, sarang burung walet merupakan komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan baku produk kesehatan dan kecantikan. Komoditas ini banyak didapat dari Pulau Lembata, untuk selanjutnya dikirim ke Jakarta dan Surabaya guna diolah di rumah pemrosesan agar dapat memenuhi persyaratan ekspor.
Â
Advertisement