Sukses

Menteri Jonan: Permukaan Tanah Jakarta Sudah Turun 40 Meter

Menteri ESDM Ignasius Jonan memperingatkan agar jangan sampai pemanfaatan air tanah ini tidak memperhitungkan ekologi dan dampak lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengimbau agar masyarakat mencari alternatif pemakaian air selain air tanah.

Dalam kajian Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2013, penurunan permukaan tanah akibat eksploitasi penggunaan air tanah di Jakarta Utara tiap tahun mencapai 12 cm.

"Tercatat hingga 2013, permukaan tanah di Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya, khususnya di Jakarta bagian utara," sebut Jonan dalam sesi media gathering bertema Penyelamatan Air Tanah Jakarta di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

"Catatan paling tinggi bisa mencapai 12 cm per tahun. Itu banyak. Selama 10 tahun bisa turun 1 meter. Kalau 50 tahun 5 meter. Ini persoalan yang menurut saya jadi persoalan bersama karena Jakarta milik bangsa," tambahnya.

Adapun berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, mayoritas masyarakat di sekitar Jakarta cenderung masih mempergunakan air tanah ketimbang air dari PDAM, yakni 60 berbanding 40 persen.

Jonan lantas memperingatkan agar jangan sampai pemanfaatan air tanah ini tidak memperhitungkan ekologi dan dampak lingkungan, sehingga bisa mengakibatkan orang yang tinggal di pesisir Ibu Kota bisa kena dampak besar.

"Masyarakat yang tidak mengambil air tanah di utara Jakarta muka tanahnya makin lama makin turun. Enggak bisa bikin sumur," seru dia.

Menindaki hal ini, ia kemudian mengajak warga Jakarta untuk memanfaatkan air permukaan tanah yang berasal dari sumber lain, seperti yang diolah oleh PDAM.

"Saya pakai air PDAM di rumah. Memang air PDAM di Jakarta baru bisa melayani kurang lebih 40 persen. Kalau perlu diekspansi. Itu air bakunya bisa dari sungai, waduk, tidak dari air tanah. Bebannya terlalu besar," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

NASA: Akibat Gempa, Permukaan Tanah Pulau Lombok Naik Sekitar 25 Cm

Hampir sekitar 400 orang tewas, ratusan lainnya terluka, dan banyak bangunan serta infrastruktur hancur akibat gempa Lombok berkekuatan 7,0 SR pada 5 Agustus 2018 beserta ratusan lindu susulannya sepanjang pekan lalu.

Gempa tersebut juga terasa hingga Bali dan turut menghancurkan beberapa bangunan di Pulau Dewata.

Beberapa hari setelahnya, Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, bekerja sama California Institute of Technology mengungkapkan fakta menarik menyusul lindu tersebut.

Kedua organisasi itu menjelaskan, gempa Lombok beserta ratusan lindu susulannya menyebabkan salah satu gugus pulau di Nusa Tenggara Barat itu naik sekitar 10 inci atau 25,4 cm. Demikian seperti dikutip dari media Inggris The Daily Express, Kamis (15/8/2018).

Mereka menggunakan citra satelit untuk membuat peta deformasi tanah untuk mengukur berbagai perubahan pulau itu usai gempa bumi terjadi.

Menjelaskan hasil temuan tersebut, NASA mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Dari pola deformasi di peta, para ilmuwan telah menetapkan bahwa sesar gempa yang terletak di antara bagian barat laut Pulau Lombok telah menyebabkan pengangkatan permukaan tanah sebesar 10 inci (25,4 cm)."

NASA juga mencatat bahwa di tempat lain di Pulau Lombok, gempa telah menyebabkan permukaan tanah mengalami penurunan hingga kisaran 2-6 inci atau sekitar 5-15 cm.

NASA menganggap temuan ini memberikan sumbangsih signifikan, terlebih dalam hal untuk memprediksi gempa di masa depan dan bencana geologis lain, terkhusus, di area Lombok dan sekitarnya.