Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia baru saja kedatangan sosok baru. Ia adalah Ardi Stoios-Braken, seorang wanita yang menjabat sebagai Wakil Dubes Belanda mnggantikan Ferdinand Lahnstein sejak bulan Agustus kemarin.
Ardi, seorang pribadi yang lugas dan luwes, sedang fokus mengamati kegiatan ekonomi di Indonesia, baik di kalangan high-level sampai ke mall. Ia pun mengaku terkesima melihat potensi produk Indonesia.
"Meski baru dua bulan, tetapi saya sudah mengunjungi beberapa mall kalian. Sebagai konsumen biasa, saya berpikir ada potensi besar bagi Indonesia untuk secara efektif mengakses pasar di Eropa. Kualitas, keindahan, dan kepengrajinan produk-produk kalian itu luar biasa," jelas Ardi Stoios-Braken seperti ditulis, Rabu (16/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Wanita itu hadir dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward dan Managing Director Centre for the Promotion of Imports from Developing Countries (CBI) Hans Obdeijin. MoU ini untuk mendukung ekspor produk home decor ke Benua Biru.
Dody dan CBI kompak menyebut Belanda adalah pintu masuk produk Indonesia menuju pasar yang lebih luas di Eropa. Ardi pun menyatakan hal serupa.
"Dengan bantuan Belanda, kita akan melalui jalan ini untuk menyuplai permintaan di Belanda terlebih dahulu dengan pasar 17 juta orang. Kemudian melalui Belanda sebagai gerbang masuk ke negara Eropa lain," ucap Ardi.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Peran Besar CBI
CBI pun memiliki peran besar dalam membantu pengusaha kecil dan menengah Indonesia dalam mengikuti standar Eropa. Standar itu termasuk memastikan bahwa produk yang dibuat tidak merugikan aspek lingkungan dan sosial.
Ardi berkata konsumen di negara seperti Belanda memang punya preferensi pada produk yang punya tanggung jawab sosial yang baik. Ia menyebut perusahaan bisa belajar dari program CBI untuk memahami apa yang konsumen luar negeri inginkan.
"Jika permintaan (dari konsumen Eropa) adalah produk yang bebas dari pekerja anak, yang tidak memiliki dampak negatif ke lingkungam, maka itulah yang harus diberikan penyedia barang," pungkasnya kepada Liputan6.com.
Advertisement