Sukses

Penyebab Ekspor Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Ketika melakukan ekspor produk asal Indonesia selalu mendapatkan tarif yang lebih mahal.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita membeberkan penyebab tertinggalnya ekspor Indonesia dari negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Keterlambatan Indonesia dalam melakukan perjanjian dagang dengan negara lain, merupakan salah satu penyebab.

"Kenapa kita agak tertinggal dengan Malaysia, Vietnam, dan Thailand? Karena mereka sudah lebih dulu membuka diri dengan melakukan perjanjian," ungkap dia di ICE BSD, Banten, Rabu (16/10/2019).

Imbasnya, ketika melakukan ekspor produk asal Indonesia mendapatkan tarif yang lebih mahal. Ini karena Indonesia yang belum menjalankan kerja sama perdagangan dengan negara tujuan ekspor.

"Sehingga ketika kita ekspor ke negara tertentu terkena tarif masuk lebih mahal dibanding negara-negara tadi yang sudah ada perjanjiannya," jelas dia.

Hal inilah yang membuat Presiden Joko Widodo memberikan perhatian khususnya perjanjian dagang. "Itulah sebabnya Pak Presiden Jokowi sudah melihat 3 tahun lalu segera buka perjanjian itu," tambah dia.

Perintah Jokowi tersebut, jelas dia, telah dilaksanakan. Dia bahkan menjadikan tiap pertemuan terkait perjanjian dagang, juga menjadi momen bertemunya para pebisnis dari berbagai negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.

Dengan demikian, kerja sama dagang tidak hanya menjadi ranah birokasi, melainkan juga menjadi sarana bagi para pelaku bisnis untuk bertemu.

"Saya ajak menterinya jangan hanya membicarakan formal, tapi membiasakan diri setiap kunjungan membawa delegasi bisnis, bikin bisnis forum. Pemerintah menjembatani pengusaha, eksportir importir untuk bertemu dan kita memberikan pengantar kepada mereka," tandasnya.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

2 dari 2 halaman

Mendag Enggar Beberkan Alasan Indonesia Kalah Dibandingkan Vietnam

Menteri Ekonomi di 16 negara melakukan Pertemuan Intersesi ke-9 di Bangkok, Sabtu kemarin. Pertemuan tersebut dihadiri 16 negara peserta Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP)

"Pertemuan ini sangat penting untuk memastikan penyelesaian perundingan RCEP," jelas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, yang dikutip dari keterangan tertulis Rabu (16/10/2019)

Rencananya, penyelesaian perundingan akan diumumkan oleh Kepala Negara atau Pemerintahan Negara Peserta RCEP pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP ke-3, 4 November di Bangkok.

Menurut Kementerian Perdagangan, para menteri menyambut baik kemajuan yang dicapai pada perundingan ke-28 pada 19-27 September di Vietnam.

Sebelumnya melakukan pertemuan, dilakukan Troika plus dengan negara peserta RCEP yang disebut single outlier pertama dengan Malaysia, Jepang, dan India. Troika plus adalah langkah solusi untuk melakukan perundingan yang lebih efektif.

Selanjutnya dilakukan pembahasan "Setelah melalui pembahasan yang sangat intensif lebih dari tiga jam, kami dapat mencapai suatu paket resolusi bagi seluruh isu tersisa," tutur Enggartiasto.

Mendag mengaku, seluruh menteri berkomitmen mengerahkan upaya maksimal untuk menyelesaikan perundingan. Direktur Jenderal Perundingan Perdagagan Internasional, Iman Pambagyo, sekaligus Ketua TNC RCEP, juga menegaskan optimismenya.

“Dengan komitmen dan arahan yang konkret dari para Menteri RCEP, saya optimistis dengan kerja keras dan kerja sama semua tim perunding," kata Iman.

Iman Pambagyo meyakini dapat menjadi pegangan bagi tim perunding untuk menyelesaikan semua isu perundingan single outlier, termasuk isu yang bersifat politis seperti yang sedang dihadapi Jepang dengan Korea Selatan dan dengan Tiongkok.

 

Â