Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brdojonegoro menyebut bahwa kerugian Indonesia akibat aktivitas ekspor dan impor menggunakan kapal asing mencapai USD 6,9 miliar atau setara dengan Rp 97,98 triliun (kurs Rp 14.200). Kerugian itu terjadi di sektor angkutan laut (see freight).
“Defisit USD 6,9 miliar berasal dari pelayanan ekpor impor memakai kapal asing,” ujar Bambang saat ditemui di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Dia merincikan pelayanan ekspor impor dengan kapal asing berperan 60 persen terhadap total defisit angkutan laut sebesar USD 6,9 miliar. Sedangkan sisanya meliputi pelayanan domestik dengan kapal asing 2 persen, penggunaan kapal dengan asuransi asing 11 persen dan lainnya 27 persen.
Advertisement
Baca Juga
“Defisit neraca jasa transportasi kita senilai USD 8,8 miliar. Nah, 80 persen itu bersumber dari sea freight yang USD 6,9 miliar tadi,” imbuh dia.
Di samping itu, kerugian lain yang di dapat Indonesia jika terus menerus menggunakan kapal asing yakni tidak tercatatnya sistem devisa negara.
“Jadi dia ketika kita ekspor itu kita inflow, defisa buat kita, berapa semisal. Ketika membawa barangnya ekspornya kapalnya kapal asing, langsung dicatat sebagai outflow (devisa keluar),” terang dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Ekspor Indonesia Turun 1,29 Persen di September
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2019 mencapai USD 14,10 miliar. Nilai tersebut turun 1,29 persen apabila dibandingkan dengan Agustus 2019 dan turun 5,74 persen dibanding September 2018.
"Total nilai ekspor pada September 2019 sebesar USD 14,10 miliar. Turun 1,29 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujar Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Selasa (15/10).
BACA JUGA
Suhariyanto merinci, ekspor migas menyumbang sebesar USD 0,83 miliar sedangkan ekspor non migas menyumbang 13,27 miliar. Kedua komponen tersebut sama sama mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Dengan nilai ekspor USD 14,10 miliar, kompisisi ekspor menurut sektornya, untuk ekspor migas turun 5,17 persen secara month to month dan secara year on year turun tajam menjadi 37,13 persen," jelasnya.
Menurut sektor, ekspor non migas menyumbang 94,11 persen dari total ekspor pada September 2019. Masing-masing sektor non migas seperti pertanian, pengolahan dan pertambangan menyumbang USD 0,36 miliar, USD 10,85 miliar dan USD 2,06 miliar.
"Sama seperti bulan-bulan sebelumnya, ekspor masih perlu terus diperhatikan," tandas Suhariyanto.
Advertisement