Liputan6.com, Jakarta - Kepala Kajian Makro LPEM UI, Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat di kuartal III 2019. Namun akan kembali menguat di 2020.
“Secara overall ada konsensus 2019 ada 5,0 persen, kuartal III mungkin 4,9 persen, tapi 2020 ada penguatan,” kata dia dalam sebuah acara diskusi di Menara BCA, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan serupa, Direktur Riset Centre of Reform on Economics Piter Abdullah mengungkapkan hal yang sama. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 hanya sampai kisaran 4,95 persen hingga 5,05 persen.
"Untuk CORE pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 4,95 persen sampai 5 persen. Most likely di bawah 5 persen," ujarnya.
Dia mengungkapkan salah satu faktor pendorong dalam pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi yang berperan sebesar 56 persen terhadap keseluruhan perekonomian.
Selanjutnya ada investasi yang jika digabung dengan konsumsi berkontribusi sebesar 80 persen terhadap ekonomi.
Oleh karena itu, di kuartal berikutnya, Piter meyakini kinerja pertumbuhan ekonomi bakal kembali membaik karena faktor liburan natal dan tahun baru.
"Di triwulan IV akan balik lagi karena faktor liburan natal dan tahun baru, karena secara siklus penurunan memang terjadi di September, Oktober, November dan Desember naik lagi," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kalah dari Kamboja dan Papua Nugini
Bank Dunia telah mengeluarkan laporan terbaru mengenai prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dalam laporan berjudul World Bank East Asia and Pacific Economic Update October 2019, Weathering Growing Risks, pertumbuhan di wilayah ini akan turun 0,2 persen pada tahun ini, dari sebelumnya 6 persen menjadi 5,8 persen.
Salah satu negara yang perekonomiannya melemah adalah Indonesia, dimana Growth Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) mengecil dari 5,2 persen pada 2018 menjadi 5 persen di 2019. Bahkan, angka tersebut lebih rendah dari prediksi April lalu, yakni 5,1 persen.
Dalam laporan tersebut, Bank Dunia menuliskan, meski makroekonomi Indonesia yang kuat terus menopang pertumbuhan ekonomi, namun investasi tumbuh melambat pada tahun ini.
Catatan lainnya, walau prospek ekonomi terus menguat berkat permintaan domestik yang kuat, ketegangan perdagangan internasional dan volatilitas keuangan global tetap menjadi suatu tantangan yang menimbulkan risiko besar.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, posisi Indonesia terhitung masih tertinggal. Seperti Kamboja, yang terlihat masih superior meski pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan melemah, dari 7,5 persen (2018) menjadi 7 persen (2019).
Bahkan, Indonesia masih kalah jika dikomparasikan dengan Papua Nugini. Perekonomian negara itu diprediksi melonjak hebat, dari -0,5 persen (2018) menjadi 5,6 persen pada tahun ini.
Advertisement
Negara Lain
Negara lainnya yang juga unggul dari Indonesia antara lain Laos (6,5 persen), Myanmar (6,6 persen), Filipina (5,8 persen), dan Vietnam (6,6 persen). Di sisi lain, posisi NKRI masih di atas beberapa negara besar Asia Tenggara seperti Malaysia (4,6 persen) dan Thailand (2,7 persen).
Untuk beberapa tahun ke depan, Bank Dunia meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit terangkat. Pada 2020, perekonomian kita bakal naik jadi 5,1 persen, dan kembali meningkat 1 persen di 2021 menjadi 5,2 persen.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com