Sukses

Studi: Meski Tak Kaya, Orang Indonesia Pantang Berutang

Hasil studi mengejutkan menyebut orang Indonesia tak hobi berutang.

Liputan6.com, Jakarta - Bank investasi Credit Suisse baru saja merilis laporan kekayaan global. Dalam laporan itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang disorot karena kekayaan yang relatif rendah di level internasional, tetapi warganya pantang berutang.

Pada Global Wealth Report 2019 itu, kekayaan per orang dewasa (wealth per adult) Indonesia meningkat dalam 10 tahun terakhir, yakni kini mencapai USD 10.545 atau Rp 147 juta (USD 1 = Rp 14.034).

Akan tetapi hanya 18 persen orang dewasa Indonesia yang punya kekayaan di atas USD 10 ribu atau Rp 114 juta. Angka 18 persen itu jauh lebih rendah dari rata-rata negara dunia, yaitu 58 persen.

"Di Indonesia, 82 persen populasi orang dewasa memiliki kekayaan di bawah USD 10 ribu -- persentase tersebut jauh di atas angka global yakni 58 persen," jelas Credit Suisse.

Lebih lanjut, hanya 1,1 persen orang dewasa yang punya kekayaan di atas USD 100 ribu (Rp 1,4 miliar). Angka 1,1 persen juga lebih kecil dari rata-rata negara dunia yakni 10,6 persen.

Sisi cerahnya, rakyat Indonesia ternyata lebih ogah berutang dibandingkan warga negara lain. Itu dibuktikan dengan rendahnya utang orang dewasa di Indonesia.

"Utang personal ditaksir hanya USD 730 (Rp 10,2 juta) per orang dewasa, atau hanya 7 persen dari aset total, angka itu rendah menurut standar internasional," tulis Credit Suisse.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tentang Laporan Kekayaan

Untuk diketahui, Wealth per adult versi Credit Suisse mematok mean (nilai tengah) dari kekayaan penduduk suatu negara. Kekayaan per orang dewasa Indonesia, yakni USD 10.545.

Meski angka tampak tinggi, angka itu jauh dari wealth per adult di negara maju lain seperti Amerika Serikat (USD 432.370), Korea Selatan (USD 175.015), Jepang (USD 238.104), China (USD 58.544), Singapura (USD  297.873) dan Australia (USD 386.060).

Wealth per adult di Indonesia juga disebut lebih tinggi dari Vietnam dan Filipina, tetapi lebih rendah dari Malaysia dan Thailand.

Hal lain yang Credit Suisse sorot adalah besarnya ketimpangan di Indonesia. Koefisien Gini kekayaan di Indonesia juga tercatat tinggi, yaitu sebesar 83 persen.

3 dari 3 halaman

Universitas Harvard Cetak Orang Kaya Paling Banyak di Dunia

Agustus lalu, laporan Wealth-X mengungkap bahwa universitas yang paling banyak mencetak orang kaya adalah Universitas Harvard di Amerika Serikat (AS). Alumni kaya pada daftar ini disebut individual Ultra High Net Worth (UNHW) yang memiliki harta di atas USD 30 juta atau Rp 424 miliar (asumsi kurs saat itu USD 1 = Rp 14.188)

Total ada 13.650 alumni Harvard yang memiliki harta di atas USD 30 juta. Jumlah itu mengalahkan seluruh universitas di dunia.

Universitas Harvard berlokasi di Cambridge, Massachusetts, dan bagian dari Ivy League alias daftar delapan universitas swasta elit di timur laut AS. Tercatat pula ada tujuh presiden AS yang lulus dari Harvard, termasuk Barack Obama, George W. Bush, dan John F. Kennedy.

Namun, laporan Wealth-X tidak menghitung mereka yang tak menyelesaikan kuliah atau mendapat gelar kehormatan. Artinya, miliarder Mark Zuckerberg dan Bill Gates tak dihitung daftar ini karena tak tamat studi di Harvard.

Menurut perhitungan Wealth-X, 79 persen kekayaan alumni Harvard adalah hasil usaha sendiri alias self-made, 4 persen hasil warisan, dan 12 persen gabungan warisan dan usaha.

Jumlah alumni kaya raya dari Universitas Harvard jauh di atas unirvesitas ivy league lain, seperti Universitas Yale (2.400 orang), Universitas Cornell (2.245), dan Universitas Colombia (3.925).

Lebih lanjut, Institut Teknologi Massachusetts yang terkenal dengan jurusan tekniknya memiliki 2.785 alumni kaya raya, sementara Universitas Stanford di California berada di peringkat dua dengan 5.580 alumni kaya raya.

Bagaimana dengan di luar AS? Universitas Cambridge tampil di peringat tujuh dengan 2.760 alumni kaya raya. Pada peringkat ke 13 barulah muncul Universitas Oxford dengan 2.290 alumni.

Â