Sukses

Inikah Para Menteri Ekonomi dalam Jajaran Kabinet Kerja Jokowi Jilid II?

Beberapa calon menteri merupakan wajah lama yang sebelumnya sudah menduduki kursi menteri pada pemerintah pertama Presiden Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara marathon selama dua hari memanggil para calon menteri yang akan membantunya dalam kabinet kerja jilid II. Rencananya kabinet baru tersebut akan diumumkan sekaligus dilantik pada Rabu (23/10/2019).

Para calon menteri tampak secara bergantian datang ke Istana Kepresidenan untuk bertemu dengan Jokowi dan mendapatkan penjelasan tentang tugas yang akan mereka jalankan di pemerintahan.

Beberapa merupakan wajah lama yang sebelumnya sudah menduduki kursi menteri. Namun, terdapat juga beberapa wajah baru yang berasal dari profesional maupun politik.

Liputan6.com merangkum dan memprediksi para sosok yang akan menduduki jabatan menteri di bidang perekonomian. Ini mengacu pada pengakuan dan penjelasan dari para calon menteri tersebut.

Ini prediksinya:

1. Menko Perekonomian: Airlangga Hartarto

2. Menko Kemaritiman dan Investasi: Luhut B Pandjaitan

3. Menteri Keuangan: Sri Mulyani

4. Menteri ESDM: Donny Yusgiantoro

5. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita

6. Menteri Perdagangan: Agus Suparmanto

7. Menteri Pertanian: Syahrul Yasin Limpo

8. Menteri Perhubungan: Budi Karya Sumadi

9. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP): Edhy Prabowo

10. Menteri Tenaga Kerja: Ida Fauziyah

11. Mendes PDTT: Abdul Halim Iskandar

12. Menteri PUPR: Basuki Hadimuljono

13.Menteri Investasi dan BKPM: Bahlil Lahadalia

14. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama

15.Menteri Koperasi dan UKM: Teten Masduki

16.Menteri PPN/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa

17. Menteri ATR/Kepala BPN: Sofyan Djalil

18. Menteri BUMN: Erick Thohir

 

2 dari 2 halaman

Kabinet Jokowi Gemuk atau Ramping, Ini Kata Ekonom

 Ekonom dan analis menilai gemuk atau kurusnya kabinet baru Presiden Joko Widodo bukanlah sebuah masalah. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menilai koalisi ramping memang lebih ideal, tetapi koalisi gemuk asal berkualitas juga punya sisi positif, yakni stabilitas politik.

"Masalahnya koalisinya cukup besar bahkan partai yang oposisi ingin masuk juga. Saya rasa ini tak bisa dihindarkan juga," ujar Fithra kepada Liputan6.com, Selasa (22/10/2019).

Dia mengingatkan jika indeks pemerintahan Bank Dunia memasukan stabilitas politik sebagai satu indikator positif pemerintah. Dia pun berharap para calon menteri dari partai politik memiliki kualitas mumpuni menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Pasalnya, kementerian di kabinet lalu masih belum terlalu paham soal Revolusi Industri 4.0, seperti Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian. Kehadiran sosok muda seperti Nadiem Makarim, Wishnutama, dan Erick Thohir diharapkan bisa membawa perubahan positif.

"Di periode pertama suatu hal yang kurang di kabinet Jokowi karena terkait ekosistem 4.0 sendiri masib gagap, masih lempar-lemparan," ujar dia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menyebut koalisi gemuk karena banyak partai politik bukanlah suatu masalah. Hal yang dia tekankan lebih kepada kapabilitas dan kredibilitas menteri.

"Saya pikir kalau dari kalangan politisi profesional kenapa enggak? Asal dia kerja dan punya integritas, bersih dari korupsi," jelas dia.

 "Saya pikir sejauh ini orang-orang partai yang dipanggil sudah punya cukup berkompetisi jadi tidak ada masalah," imbuhnya.

Kembalinya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan juga disambut baik kedua ekonom. Bagi Josua, kehadiran Sri Mulyani bisa memberikan sentimen positif dari luar negeri yang menantikan sosok yang kredibel dan prudent dalam mengelola APBN.