Liputan6.com, Jakarta Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyebut pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada angka 5,00 persen telah diprediksi bakal terjadi.
"Sudah diprediksi oleh pasar. Kondisi domestik yang stabil memberikan ruang BI untuk kembali turunkan suku bunga acuan," ungkapnya kepada Liputan6.com, Kamis (24/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Piter bilang, langkah ini harus dilakukan BI guna mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan konsumsi serta investasi.
"Tetapi dampaknya terhadap likuiditas akan minimal bila tidak diimbangi oleh kebijakan fiskal dan sektor riil yang ekspansif dan longgar," ujarnya.
Selain itu, dia menjelaskan, ada permasalahan anomali yaitu perihal kekakuan suku bunga kredit. Ketika suku bunga acuan turun, suku bunga deposito biasanya cukup cepat mengikuti.
Akan tetapi suku bunga kredit biasanya kaku, cenderung lambat sekali untuk bergerak turun pasca pemangkasan suku bunga acuan.
"Kondisi ini disebabkan oleh terlalu ketatnya likuiditas dan segmentasi perbankan," klaimnya.
"Jadi likuiditas perbankan yang saat ini masih terasa ketat akan sulit membaik walaupun BI sudah melakukan penurunan suku bunga apabila tidak dibantu oleh kebijakan pemerintah melonggarkan fiskal," papar dia.
BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps
Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Oktober 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menurunkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) pada angka 5,00 persen.
Suku bunga Deposit Facility juga turun sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen dan Lending Facility menjadi 5,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day repo rate," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (24/10).
Dia menjelaskan keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan kondisi perekonomian global yang masih melambat.
"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi dan imbal hasil keuangan domestik yang tetap menarik," ujarnya.
Penurunan suku bunga ini juga bertujuan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan stabilitas perekonomian domestik.
"Kebijakna ini didukung pula oleh strategi operasi moneter yang terus diperlukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan memperkuat efektivitas transmisi bauran kebijakan yang akomodatif," tutup Gubernur BI.
Â
Reporter:Â Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement