Sukses

Pertamina EP Bor Sumur di Prabumulih buat Kejar Target Produksi

Prabumulih Field menghasilkan produksi minyak sebesar 8584 BOPD dan untuk gas sebesar 152.5 MMSCFD.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) gencar melakukan kegiatan pemboran minyak dan gas bumi (migas). Ini untuk mencapai target produksi nasional.

Kali ini, melalui Asset 2 Prabumulih Field, perusahaan melaksanakan pemboran sumur TLJ 32INF yang berlokasi di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih.

Pemboran sumur TLJ-32INF dibor dengan target kedalaman 2.245 meter dan target produksi 200 barrel per hari. PEP menargetkan pemboran selesai dalam waktu 47 hari.

Ini diungkapkan Prabumulih Field Manager Ndirga Andri Sisworo."Kami berharap pemboran TLJ-32INF dapat memberikan peningkatan produksi terhadap produksi minyak dan gas Prabumulih Field yang saat ini berada di angka 8.868 BOPD untuk minyak serta 154.8 MMSCFD untuk gas," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/11/2019).

Pada tahun 2018 di periode yang sama, Prabumulih Field menghasilkan produksi minyak sebesar 8584 BOPD dan untuk gas sebesar 152.5 MMSCFD.

Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field sebelumnya menyelenggarakan sosialisasi pemboran sumur TLJ 32INF.

"Pengeboran dilakukan perusahaan untuk meningkatkan meningkatan produksi minyak dan gas guna memenuhi kebutuhan energi nasional," ujar Ndirga.

2 dari 2 halaman

Pertamina EP Berhemat Rp 14 Miliar dengan Membuat Software Mandiri

PT Pertamina EP (PEP) anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, mampu berhemat melalui beberapa inovasi sebagai bagian dari salah satu strategi efisiensi perusahaan.

Salah satu inovasi efisiensi dilakukan saat menuntaskan pekerjaan perawatan menyeluruh (Turn Around/TA) fasilitas produksi gas Central Processing Plant (CPP) Gundih di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pengerjaan perawatan itu lebih cepat dari jadwal sehingga ada efisiensi mencapai Rp 12,4 miliar.

Inovasi lainnya adalah pembuatan aplikasi khusus untuk mendukung kegiatan operasional di Lapangan Rimau wilayah Aset 1 yakni dengan inovasi membangun sistem yang dulu kalau buat program untuk di gas plant.

Direktur Utama Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, mengungkapkan inovasi dibutuhkan dengan melihat kondisi lapangan yang dikelola berumur tua sehingga ongkos atau biaya pengelolaan menjadi tinggi. 

"Buat software butuh vendor harganya tidak kira-kira itu bisa Rp 14 miliar. Kemarin kita punya tenaga muda baru kita rekrut kita didik enam bulan, punya keberanian knowledge bisa bangun software sendiri biayanya makan malam, kopi snack dan lainnya, itu bisa buat program untuk diterapkan satu plant di lapangan Rimau," ujar Nanang di Jakarta, seperti dikutip Kamis (31/10/2019).

Menurut Nanang, dalam sebuah perusahaan harus memiliki kreatifitas dan inovasi karena tanpa hal tersebut sebuah perusahaan bisa tertinggal dari perusahaan lainnya.

“Sebuah perusahaan yang tidak memiliki inovasi, dalam setahun saja bisa tertinggal seolah-olah selama 10 tahun. Maka untuk itu, saya berpesan kepada para insan mutu untuk terus kreatif dan inovatif,” jelas Nanang.

 

Video Terkini