Sukses

Bangun SDM, Jokowi Minta Airlangga untuk Kurangi Defisit

Defisit transaksi berjalan juga masih jadi pekerjaan rumah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Selain infrastruktur, Pemerintah tahun ini juga akan fokus membangun sumber daya manusia (SDM) unggul guna bisa bersaing di pasar nasional juga global.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan ke depan akan berupaya keras membawa kapasitas kemampuan SDM Indonesia agar bisa berdaya saing.

"Ke depan kita ingin fokus ke pembangunan SDM. Tapi yang kongkrit. Artinya betul-betul ada sebuah upgrading, rescaling, upscaling, sehingga SDM kita naik levelnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Banyak tantangan yang harus dibenahi Indonesia. Salah satunya Jokowi bercerita terkait isu stunting (kurang gizi). Selain itu, defisit transaksi berjalan juga masih jadi pekerjaan rumah Indonesia.

"Saya diingatkan Bank Dunia, 40 persen pekerja kita stunting dulunya. Kondisi-kondisi seperti ini harus saya sampaikan apa adanya. Sebab itu ada agenda mendesak yang harus kita lakukan. Ke depan sudah saya sampaikan kepada Kementerian Ekonomi Pak Airlangga untuk segera bisa menurunkan CAD kita. Juga defisit neraca dagang. Kita akan konsentrasi di situ," ujar Jokowi.

Tak hanya itu, kegiatan ekspor-impor Indonesia juga akan terus diperhatikan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan SDM.

"Yang namanya ekspor harus menjadi kebijakan yang terus akan kita dorong dan juga produk substitusi impor dan produk ekspor harus didukung," jelas dia.

2 dari 2 halaman

Jokowi Bersyukur Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 yang terjaga pada kisaran 5 persen. Angka ini dinilai masih bagus di tengah kondisi gejolak ekonomi global.

"Hampir semua negara pertumbuhan ekonominya turun, tapi kita Alhamdullilah kita masih diberi angka 5 persen lebih sedikit memang. Tapi sudah diberi lebih dari 5 persen itu sudah bagus," ungkap Jokowi dalam acara Indonesia Banking Expo 2019 di Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen di kuartal III-2019. Melambat dari posisi kuartal III-2018 yang sebesar 5,17 persen, maupun dari kuartal II-2019 yang sebesar 5,05 persen.

Jokowi mengatakan banyak sejumlah negara yang mengalami pelemahan ekonomi lebih dalam dari Indonesia. Misalnya saja Hong Kong mengalami resesi dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 3,2 persen di kuartal III-2019, dari sebelumnya di kuartal II-2019 terkontraksi 0,4 persen.

"Negara lainnya ada yang tumbuh minus, ada yang menuju nol, ada yang berkurang 1-2 persen, bahkan ada yang dari 7 persen menjadi 1 persen. Jadi dengan 5 persen itu menandakan lebih bagus dari negara-negara lain, ini patut kita syukuri," katanya.

Mantan Walikota Solo ini menambahkan, pada dasarnya Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan pendapatan tinggi (high income country).

Untuk itu perlu menggenjot ekonomi untuk keluar dari jebakan negara dengan pendapatan menengah (middle income country).

Saat ini status Indonesia sendiri sebagai negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) berskala USD 1 triliun. Bahkan paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) Indonesia berada di peringkat ke-7 di dunia.

"Artinya kita sebesarnya besar, punya potensi menjadi negara yang berpenghasilan dia menandaskan.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com