Sukses

Ditanya Soal Kisruh dengan Sriwijaya Air, Dirut Garuda Bungkam

Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Daniputra masih enggan berkomentar soal perselisihannya dengan Sriwijaya Air

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Daniputra enggan mengomentari masalah kekisruhan antara pihaknya dengan Sriwijaya. Bahkan dirinya langsung keluar melewati pintu samping kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritinan dan Investasi.

Saat dikejar awak media, Ari sapaan akrabnya justru bungkam sama sekali dan bergegas menuju mobilnya. Sejumlah pewarta juga dihalau protokolernya saat ingin mewawancarai.

Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga tak mau komentar jauh soal sikap Garuda Indonesia terkait kisruh ini. Dirinya justru menyarankan untuk kembali menanyakan kepada pihak Garuda.

"Tanyakan dengan Garuda (sikap terkait kisruh)," kata Budi usai ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, di Jakarta, Kamis (7/11).

Menhub Budi sendiri juga bungkam terkait apa yang memicu perselisihan diantara kedua maskapai nasional itu. Dia hanya ingin agar kerjasama Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air kembali membaik.

"Saya pikir, saya hanya mengatakan, pokoknya dikembalikan kepada perjanjian semula," ujar Budi.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Garuda dan Sriwijaya Air Kembali Memanas, Menko Luhut Turun Tangan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menggelar pertemuan dengan sejumlah stakeholder di sektor penerbangan udara di Kantornya, Jakarta. Adapun pertemua ini dilakukan terkait dengan konflik yang ada di tubuh Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia.

Adapun beberapa yang hadir diantaranya adalah Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Lawyer dan Shareholder Sriwijaya, Yusril Mahendra Lawyer, dan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan dalam rapat yang dipimpin oleh Menko Luhut diputuskan agar oprasional Sriwijaya dan Garuda dapat dijalankan dengan kondisi sebelumnya tanpa ada yang perlu dirubah. Pemerintah juga menginginkan kerjasama dilakukan keduanya bisa berlangsung kembali.

"Ya tadi rapat dipimpin oleh pak Luhut dan kita harapkan bisa berlangsung beberapa saat sambil kita melakukan pembicaraan apabila ada perbedaan pendapat," kata Menhub Budi saat ditemui usai rapat, di Jakarta, Kamis (7/11).

Menhub Budi menyebut keretakan hubungan Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia berawal dari perjanjian kerjasama keduanya yang akan berakhir pada 30 Oktober 2019 kemarin tidak diperpanjang. Pemerintah pun menginginkan agar hubungan kerjasama itu dilanjutkan kembali.

"Ya perjanjian itu berakhirnya 30 Oktober, jadi tidak diperpanjang. Nah kita sarankan diterusin dulu,"

3 dari 3 halaman

Libatkan BPKP

Atas kejadian ini, pemerintah juga telah mengambil jalan tengah untuk melihat valuasi atas kerjasama yang dilakukan dengan menggandeng Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Pihaknya memberikan batas watu seminggu untuk BPKP melakukan investasi. Sehingga, dapat diketahui apakah perjanjian tersebut memang merugikan salah satu pihak atau lainnya.

"Oleh karenanya BPKP akan melakukan evaluasi terhadap kondisi kondisi itu, dan dengan dasar itu kita akan mengambil keputusan dan mengambil seluruh, menetapkan ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan," tandas dia.

Sementara itu, Lawyer dan Shareholder Sriwijaya, Yusril Mahendra Lawyer mengakui pemanggilan dirinya ini memang terkait konflik yang tengah bergulir bersama Garuda Idonesia. Sejauh ini memang dirinya merasa ada kendala dan kerisuhan dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan selama setahun lalu.

"Menurut hemat saya akibat ketidakjelasan perjanjian awal yang dibuat lebih setahun yang lalu, sehingga terjadi slaah menyalahkan, pihak Sriwijaya merasa dominasi Garuda terlalu jauh intervensinya kepada Sriwijaya sehingga menurut persepsi Sriwijaya, maksud kerjasama ini sebenarnya untuk meningkatkan kapabilitas Sriwijaya untuk bisa membayar utangnya kepada beberapa BUMN dan di sini jadi dispute sebenarnya. Menurut kalangan Sriwijaya ini malah tidak efisien," jelasnya.