Sukses

BI Prediksi Perlambatan Ekonomi Global Berlanjut hingga Tahun Depan

International Monetary Fund (IMF) telah menyatakan bahwa pertumbuhan di semua negara juga tengah mengalami perlambatan.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyebutkan ketidakpastian ekonomi global masih akan terus berlanjut di tahun depan. Hampir semua negara akan mengalami perlambatan ekonomi.

Dia menjelaskan hal ini juga sebagai dampak dari perlambatan ekonomi dunia di tahun ini serta trade war atau perang dagang yang terus berlanjut antara Amerika Serikat (AS) dan China. Ketidakpastian brexit pun turut membuat ekonomi global kian suram.

Dia mengungkapkan International Monetary Fund (IMF) pun telah menyatakan bahwa pertumbuhan di semua negara juga tengah mengalami perlambatan.

"Kalau secara globalnya memang bicara overall, pada 3 minggu lalu di annual meeting IMF World Bank melihatnya pertumbuhan ekonomi global semua negara synchronize slow down bersama mengarah ke bawah dan pada saat itu melihat dari sisi ketidakpastian itu relatif masih ada, dan lanjut sampai 2020," kata dia saat ditemui di Mesjid Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/11).

Kondisi ini, kata dia, dikhawatirkan bakal berdampak ke perekonomian nasional.

Akan tetapi, dia mengungkapkan selama seminggu terakhir ini banyak persoalan yang memicu sentimen positif maupun negatif. Kondisi yang memberikan sentimen positif salah satunya adalah menurunnya tensi perang dagang antara AS dan China yang berdampak terhadap Purchasing Manager Index (PMI) Non Manufaktur AS yang mulai membaik.

"Kemudian kalau kita lihat juga perkembangan di eropa ada kemungkinan positif dari sisi Brexit meskipun dari sisi pertumbuhan outlook ekonomi eropa masih mengarah ke bawah," ujarnya.

Namun, kondisi tersebut telah membuat volatilitas di sektor keuangan global dalam seminggu terakhir ini mengalami penurunan. Namun hal itu berdampak positif bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di sisi lain, kondisi ini pun telah memberikan kepercayaan terhadap investor untuk menaruh uangnya di negara berkembang.

"Investor relatif confidence dengan perkembangan yang ada dan mulai mencari return paling besar untuk penempatan dananya dan muncul aliran modal yang masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam jumlah yang banyak," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Jokowi: Bos IMF Ingatkan Saya Soal Ancaman Perlambatan Ekonomi Global

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bercerita usai dirinya bertemu Managing Director IMF Kristalina Georgieva di KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand pada Minggu, 3 November 2019.

Kata dia, Kristalina mengingatkan pentingnya menjaga kebijakan fiskal dan moneter Indonesia di tengah tren perlambatan ekonomi global yang kian nyata.

"Saya sudah ketemu Managing Director IMF (Kristalina). Dia memberikan warning bahwa hati-hati dalam mengelola kebijakan ekonomi," ungkapnya di Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Jokowi menjelaskan, kondisi ekonomi RI terbilang cukup kuat mengingat pertumbuhan ekonomi masih stabil di kisaran 5 persen. Sedangkan sejumlah negara lain tercatat sudah minus atau bahkan anjlok.

"Bandingkan negara-negara lain. Ada yang minus bahkan menuju ke 0. Kemudian dari yang 7 persen anjlok dibawah 1 persen. Kita harus bersyukur. Kita Alhamdulilah pertumbuhan masih 5 persen lebih dikit. Lebih sedikit masih bagus," ujarnya.

Jokowimelanjutkan, ekonomi dunia saat ini memang menunjukan tren penurunan apalagi ditambah dengan perang dagang AS-Tiongkok yang tak berkesudahan.

"Kita harus hati-hati dengan kondisi ekonomi saat ini. Ada perang dagang, brexit, negara-negara lain ada yang menuju atau bahkan sudah resesi," tegasnya.Â