Liputan6.com, Jakarta Indonesia dan India mencapai kesepakatan terkait pasokan pangan. India akan menurunkan tarif masuk sawit Indonesia, sementara sebagai balasannya negara ini akan mengimpor beras dan gula (raw sugar) dari India.
Keputusan itu dijelaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada pekan lalu. Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Indonesia tidak dapat menutup diri pada impor jika ingin melakukan ekspor ke negara lain.
Advertisement
Baca Juga
"Kita kan mau ekspor ke sana (India), tidak boleh menutup keran kita juga untuk bisa menerima mereka.Tetapi tentu saja dengan berbagai pertimbangan," ujar dia di Rakornas 2019, Sentul, Jawa Barat, pada pada Rabu (13/11/2019).
Syahrul enggan membahas soal impor beras India. Dia hanya mengakui jika Indonesia yang memang sedang membutuhkan gula karena pasokan yang tidak mencukupi.
Namun, ia tidak merinci besaran gula yang akan diserap dari India."Saya kira yang paling utama sekarang gula, karena biar bagaimana gula enggak cukup kan," ujar Syahrul.
Ketika ditanya apakah ia menyetujui impor tersebut, dia mengaku pihaknya bukanlah pengambil keputusan. Ia hanya kembali menegaskan bahwa Indonesia memang sedang membutuhkan pasokan gula.
Menurut data BPS, selama ini Thailand adalah negara importir gula yang teratas di Indonesia. Mengenai potensi pergantian mitra importir gula dari Thailand ke India, Mentan berkata akan memantau hal itu.
"Nanti kita lihatlah, karena itu kan sudah diputuskan di Kemenko," pungkas Mentan.
Turunkan Tarif Impor Sawit, Indonesia Bakal Serap Beras India
Pemerintah India menyetujui persyaratan yang diminta Indonesia terkait ekspor kepala sawit agar tidak ada perbedaan dengan Malaysia. Namun India juga meminta Indonesia untuk bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari mereka.
“Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5 persen, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden, Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip dari laman Setkab, Selasa (5/11/2019).
BACA JUGA
Menurut Airlangga, yang sekarang 40 persen CPO, 50 persen RBO akan dikirimkan per akhir bulan Desember menjadi 37,5 persen dan 45 persen, dan ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak ada perbedaan antara Indonesia dan Malaysia.
“Dengan demikian, tentu ini menjadi bagian dari kerja sama,” ujarnya.
Namun diakui Menko Perekonomian jika India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India. Menurut Airlangga, dan pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap.
“Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif 8 miliar dolar AS, tertinggi di 2017 sebesar 10 miliar dolar AS, dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” terang Airlangga.
Advertisement