Sukses

Luncurkan Iklan Anti-Donald Trump, Miliarder New York Siapkan Rp 1,4 Triliun

Miliarder asal New York ikut turun gunung demi melengserkan Donald Trump dari Gedung Putih.

Liputan6.com, New York - Konstelasi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) diramaikan oleh kehadiran Michael Bloomberg, salah satu orang terkaya di dunia. Miliarder anti-Donald Trump ini tak ragu "membakar" uangnya demi melengserkan presiden petahana.

Dilaporkan Reuters, Michael Bloomberg akan menyiapkan USD 100 juta atau Rp 1,4 triliun untuk iklan digital yang menyasar Presiden Donald Trump. Miliarder ini juga memiliki perusahaan media massa Bloomberg News.

Bloomberg sendiri masih belum tegas terkait pencalonan dirinya sebagai presiden. Namun, belakangan ia sudah mendaftar di negara bagian Arkansas untuk masuk ke primary (pemilihan capres) Partai Demokrat.

Pada bulan Maret lalu, miliarder 77 tahun ini berkata tidak mengejar jabatan presiden. Orang terkaya di dunia, Jeff Bezos, juga sudah bertanya langsung ke Bloomberg di awal tahun ini, namun Bloomberg berkata masih tidak ada niat.

Jika Bloomberg serius masuk ke pilpres AS 2020, maka ia bisa menjadi capres terkaya dalam sejarah AS. Kekayaan Bloomberg tercatat jauh lebih tinggi dari Ross Perot dan Donald Trump.

Menurut Forbes, kekayaan Bloomberg mencapai USD 53,4 miliar atau Rp 751,4 triliun (USD 1 = Rp 14.072). Sebagai pengusaha, Trump dan Bloomberg sama-sama berbasis di New York.

Kekayaan sang miliarder pun belum menjamin jalannya mulus menjadi capres Partai Demokrat. Pasalnya, ada dua kandidat populer partai yang terang-terangan anti terhadap miliarder, yakni Senator Bernie Sanders dan Senator Elizabeth Warren.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Turut Dinantikan Orang Terkaya di Dunia

Donald Trump boleh saja berasal dari kalangan miliarder dan pebisnis besar. Sayangnya, itu tidak berarti ia didukung oleh kalangannya sendiri.

Terkini, miliarder Michael Bloomberg telah menjadi andalan kalangan miliarder, termasuk orang terkaya di dunia. Michael Bloomberg sebelumnya memang sempat dirumorkan akan maju jadi capres AS untuk pemilu tahun 2020, tetapi belum ada kepastian.

Menurut laporan Business Insider, Michael Bloomberg mulai mendaftar untuk ikut capres lewat Partai Demokrat. Sebelumnya ia hanya berjanji akan menggunakan uangnya untuk mendukung capres Demokrat.

Orang terkaya di dunia Jeff Bezos ternyata sudah menantikan kehadiran miliarder Bloomberg untuk ikut berkompetisi di Pilpres AS. Kedua miliarder pun telah membahas soal pencapresan ini pada awal tahun ini.

Namun, waktu itu Bloomberg menjawab tidak akan maju sebagai capres. Selain Bezos, miliarder Leon Coopermann juga tertarik mendukung Michael Bloomberg.

Bezos dan Copperman sama-sama tidak pro-Donald Trump. Namun, keduanya belum menemukan kandidat capres Partai Demokrat yang mereka dukung.

Michael Bloomberg merupakan mantan walikota New York yang mulai berkuasa pada tahun 2001 dan melanjutkannya selama tiga periode.

3 dari 3 halaman

Hillary Clinton Bakal Ikut Maju?

 Hillary Clinton mengatakan bahwa dirinya berada "di bawah tekanan hebat" untuk kembali maju dalam pemilihan pemimpin Gedung Putih dan kembali bersaing dengan mantan rivalnya, Donald Trump pada 2020 mendatang.

Dilansir dari BBC, mantan calon presiden usungan partai Demokrat itu menolak untuk mengesampingkan tawaran tersebut. Ia mengatakan pada BBC: "Never say never," yang mengisyaratkan bahwa dirinya tak mau melewatkan tawaran tersebut.

Sejauh ini 17 wakil Partai Demokrat sudah berlomba untuk menduduki kursi pemimpin AS pada tahun 2020.

Istri mantan presiden Bill Clinton yang kini berusia 72 tahun itu mengatakan bahwa selama ini ia selalu berpikir "presiden seperti apa dia saat ini jika menang pada pemilu 2016 lalu."

Berbicara kepada BBC Radio 5 Live's Emma Barnett saat berada di Inggris pada acara tur bukunya, Hillary ditanya apakah dia akan maju lagi pada pemilu selanjutnya. 

"Saya berpikir selama ini tentang presiden seperti apa saya akan menjadi. Saya pasti sudah melakukan hal yang berbeda dan pastinya berarti bagi negara dan dunia," ujar ibu negara AS pertama tersebut.

"Tentunya saya selalu berpikir tentang itu (maju untuk pemilu lagi). Siapapun yang menang dalam pemilu selanjutnya memiliki tugas besar untuk merapikan apa yang selama ini telah rusak," tambah Hillary. 

Hillary juga menambahkan bahwa dirinya berada di bawah tekanan dari banyak pihak untuk kembali maju dalam pemilu 2020.

Namun, ia tidak menjelaskan banyak hal terkait pihak mana saja yang memberi tekanan padanya untuk mengadakan kampanye sebagai presiden untuk ketiga kalinya.

Â