Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir singgung soal perusahaan pelat merah yang memiliki banyak anak usaha hingga disebut "cucu dan cicit". Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga.
Arya merujuk pada perusahaan air minum yang merupakan bagian dari anak, cucu, hingga cicit BUMN. Menurutnya, jumlah perusahaan air minum terlalu banyak.
"Ini bayangkan ada 11 perusahaan air minum. Kok, banyak sekali? Ini lah yang kita akan lihat lagi," ujar Arya di gedung Kementerian BUMN, Rabu (20/11/2019).
Advertisement
Lanjut Arya, Erick mempertanyakan apa dasar pembentukan anak usaha tersebut. Dirinya akan menelusuri kinerja masing-masing anak usaha. Bila alasan pembentukannya cocok dengan lini bisnis, bahkan kinerjanya baik, maka perusahaan akan dilanjutkan.
Baca Juga
"Nanti akan kami konsolidasikan, dilihat mana yang bisa digabung. Kalau rugi dan itu (bisnis air minum) bukan core-nya, ya dievaluasi ulang, bahkan kalau bisa tutup," imbuh Arya.
Selain itu, Erick Thohir juga akan segera menyelesaikan sengketa hukum yang melibatkan BUMN. Hingga saat ini, ada 13 kasus yang harus diselesaikan.
Arya tidak merinci siapa saja yang terlibat kasus hukum tersebut, namun dia menyebutkan beberapa nama.
"Ada Pelindo lawan apa, KAI lawan apa, pokoknya soal aset, padahal ini kan bisa didudukkan sebagai keluarga besar. Kan lucu kalau saling gugat," ungkap Arya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Erick Thohir Minta Tak Ada Lagi Lobi-Lobi Pimpinan BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir meminta para direksi BUMN untuk tidak melakukan lobi dalam mempertahankan jabatannya.
Sebaliknya, para direksi harus meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Karena ketika kinerja membaik, otomatis jabatan direksi akan dipertahankan.
"Pak Erick katakan yang penting adalah bottom line. Kalau BL (bottom line) baik, maka akan baik juga," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Lebih lanjut, Arya menambahkan jika Menteri BUMN juga sempat menyinggung soal gaya hidup para direksi BUMN. Padahal, kinerja keuangan sedang menurun.
"Pak Erick sempat keras ngomong, dia cerita waktu itu ke restoran di Thamrin, bertemu beberapa eksekutif BUMN yang makan di tempat mewah dan mahal. Tapi pas dilihat, keuangan BUMN itu rugi," katanya.
Arya melanjutkan, menurut Erick Thohir, hal tersebut bukan tidak boleh dilakukan. Namun para eksekutif dinilai harus punya hati dan akhlak. Ketika perusahaan rugi, mereka seharusnya prihatin dan mengubah gaya hidup mereka.
"Di sinilah dikatakan Pak Erick, harus ada akhlak baik. Apalagi mereka orang terbaik pilihan bangsa. Kalau bagi saya, sih, cukup keras ya," katanya.
Advertisement