Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia yang dipimpin langsung Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Banun Harpini, melakukan pertemuan bilateral dengan The General Administration of Customs of the People’s Republic of China (GACC) pada 12-14 November 2019 lalu di Beijing.
Banun mengatakan, pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menjajaki kesempatan ekspor bagi beberapa komoditas pertanian asal Indonesia ke Negeri Tirai Bambu.
"Isu akses pasar komoditas pertanian dan pangan Indonesia ke Tiongkok menjadi bahasan utama kami. Beberapa komoditas unggulan ekspor Indonesia belum bisa masuk pasar ini," kata Banun dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, beberapa buah tropis Indonesia seperti buah naga dan nanas sampai saat ini belum bisa menembus pasar Tiongkok. Termasuk adanya hambatan pada eksporsarang burung walet (SBW).
"Alhamdulilah, pertemuan kali ini dapat membuahkan hasil yang baik. Ke depan pihak China akan meningkatkan akses pasar SBW," ungkap dia.
Indonesia dan China juga sepakat untuk meninjau ulang kembali protokol ekspor SBW yang telah ditandatangani kedua belah pihak pada 2012.
"Dan Kementan melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) dapat segera menindaklanjuti," tambah Banun.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tingkatkan Kapasitas Perdagangan
Di samping melakukan pertemuan bilateral dengan GACC, delegasi RI yang juga beranggotakan Biro Kerjasama Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di Beijing turut melakukan pertemuan dengan China Agricultural Wholesale Market Association (CAWA)
Pertemuan ini membahas upaya peningkatan kapasitas perdagangan yang selama ini telah terjalin dengan CAWA, khususnya dalam perdagangan sarang burung walet yang sampai saat ini baru menembus pasar Tiongkok sebesar 5 persen dari total ekspor Indonesia ke seluruh dunia.
Dalam pertemuan dengan CAWA, Indonesia juga mengundang pihak asosiasi untuk dapat melakukan investasi kepada perusahan pemrosesan SBW di Kalimantan Timur.
Banun berharap, ke depan investasi pemerintah tidak hanya terbatas kepada pemrosesan atau pencucian SBW, tetapi juga dapat diperluas pada pengolahan dan pengembangan produk SBW sebagai produk minuman, makanan, dan farmasi.
"Saat ini China adalah mitra dagang utama, sehingga menjadi prioritas utama bagi Indonesia di bidang kerjasama investasi," tutup Banun.
Advertisement