Sukses

Menteri Basuki Geram Anak Buahnya Kurang Ramah Layani Investor

Menteri Basuki berpesan agar investor mau melaporkan proses regulasi yang dirasa masih menyulitkan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengaku kesal lantaran pegawainya kurang melayani investor dengan baik.

Itu dikatakannya pada acara Market Sounding Empat Proyek Tol kepada investor di Gedung Auditorium Kementerian PUPR pagi ini di Jakarta.

"Mestinya para investor duduk di depan. Kalau bicaranya APBN tidak apa-apa pejabat di depan, pagi ini kan mau layani investor," tuturnya di Gedung PUPR, Jumat (21/11/2019).

Basuki geram sebab pejabat kementeriannya duduk di barisan depan. Sedangkan para investor tampak duduk di barisan setelahnya.

"Mindset yang harus kita ubah, kita melaksanakan APBN juga kita melayani investor," ujarnya.

Untuk investor, Menteri Basuki berpesan agar mereka mau melaporkan proses regulasi yang dirasa masih menyulitkan transaksi berinvestasi di tanah air.

"Jika ada regulasi yang menghambat, bilang. Maka nanti kita coba lihat untuk lakukan relaksasi," tegasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Mulai 1 Januari 2020, BKPM akan Layani Calon Investor Seperti Raja

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berencana menerapkan strategi berbeda terkait pelayanan untuk menggaet investor baik asing maupun lokal.

Para calon investor akan diberi layanan bak raja, mulai dari jemputan di bandara dengan mobil mewah, jamuan makan hingga diantar sampai ke hotel tempat menginap.

Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengatakan hal ini untuk memastikan layanan bagi investor benar-benar maksimal, tidak seperti yang selama ini kerap dikeluhkan calon investor. Layanan ini akan mulai diterapkan per 1 Januari 2020 mendatang.

"Saya wacanakan 2020, setiap investasi mau masuk, dari asing maupun dalam negeri kalau benar mau investasi, kita jemput di airport. Kasih karpet merah. Misal dari Sulteng mau ke BKPM pusat, dia telepon dia butuh a b c d, nanti ada satgas internal jemput di airport ditunjukin ke hotelnya," kata dia, di Hotel ShangriLa, Jakarta, Senin (18/11/2019).

"Kita ajak makan, makan gratis, antar gratis, hotel bayar sendiri. Haha. Ini memastikan strategi pelayanan yang selama ini mereka keluhkan," dia menambahkan.

Namun, jika ingin memperoleh layanan bak raja tersebut, investor harus memberi kabar terlebih dahulu minimal H-3 sebelum hari kedatangan.

"Pelayanan ini kepada teman-teman baik investor asing maupun dalam negeri yang mau ke Jakarta untuk melakukan koordinasi dengan BKPM cukup kasih tahu saja H-3 atau H-4 nanti kami umumkan secara resmi. Nanti kita jemput di airport, untuk memuaskan mereka, investor ini kan raja sekarang. Kita harus melayani mereka seperti raja," ujarnya.

Hal seperti ini, kata dia, telah diterapkan di Jawa Tengah saat menyambut calon investor yang ingin melakukan relokasi pabrik dari Shandong China ke daerah tersebut.

"Jateng tuh ada 53 perusahaan relokasi dari Shandong. Turun pesawat dijemput, ke jateng ditemani. Busnya kita bayar. Kita mau pastikan, selama ini dianggap BKPM atau Indonesia gak ramah investasi. Kita ubah itu," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Kepala BKPM: Indonesia Belum Jadi Surga Investasi

Iklim investasi Indonesia masih kalah dibanding negara tetangga, yaitu Vietnam. Di tengah gejolak ekonomi global akibat trade war atau perang dagang, Vietnam mampu meraup keuntungan dari relokasi pabrik China. Lalu kenapa Indonesia tidak bisa?

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, situasi global sedang bergejolak. Namun, Indonesia belum mampu meraih manfaat dari situasi itu, utamanya untuk investasi.

“Negara kita belum menjadi surga bagi investasi, sehingga larinya ke Vietnam,” kata dia dalam acara diskusi di Hotel Shangrila, Jakarta, Senin (18/11).

Bahlil mengatakan, kondisi global yang sedang bergejolak tak selamanya merugikan. Namun justru membawa untung bagi Indonesia. Pasalnya, destinasi-destinasi investasi dunia sedang bergolak saat ini di berbagai belahan dunia.

"Amerika Latin ada gejolak Evo Morales, di Eropa ada ketidakpastian, ada masalah Brexit. Di Asia ada masalah Hongkong, di China ada perang dagang dengan Amerika. Ekspor akhirnya bermasalah. Tetapi ini kabar baik bagi investasi. Banyak yang lari dari negara-negara itu,”ujarnya.

Sayangnya, ujar Bahlil, banyak investor yang lari ke Vietnam. “Ada apa dengan kita?” ujar Bahlil.

Padahal, sebanyak 44 persen pasar ASEAN ada di Indonesia dari total 600 juta penduduk ASEAN. Bahlil mengatakan, hal ini disebabkan kemudahan memulai bisnis di Indonesia masih sangat berat. “Kemudahan berbisnis kita masih kalah dari Vietnam. Ini KPI (Key Performance Indicator) pertama kita ke depan,”ucap Bahlil.

Bahlil menambahkan, saat ini sebanyak 24 perusahaan siap berinvestasi sebesar Rp 708 triliun ke Indonesia. Perusahaan tersebut siap masuk ke berbagai sektor usaha. Namun, investasi tersebut hanya berakhir pada level komitmen. Sebab, hambatan berinvestasi di Indonesia terlalu besar.

“Dengan rumitnya regulasi sektoral, berbelit-belit, membuat banyak investor ini balik badan kembali ke negaranya masing-masing. Dia bertahun-tahun susah dapat selembar surat. Jangankan pengusaha luar, investor dalam negeri pun bisa lari,” ucap Bahlil.