Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang menjadi miliarder karena suatu hal. Bisa karena kekayaan, hidup enak atau popularitas. Namun, berbeda dengan wanita satu ini.
Ketika Kanye West, selebritas dan suami public figure Kim Kardashian ngotot minta dimasukkan daftar miliarder, wanita bernama Thai Lee malah tidak mau disebut dengan miliarder atau dipuji karena kekayaannya.
Mengutip Forbes, Jumat (22/11/2019), pendiri perusahaan IT SHI International ini dapat dikatakan berjuang membangun segalanya dari bawah. Kekayaannya pada 2018 mencapai USD 3 miliar atau setara dengan Rp 42,3 triliun (asumsi kurs Rp 14,102).
Advertisement
Baca Juga
Tapi, Lee menepis hal tersebut. Menurutnya, Forbes terlalu membesarkan fakta kekayaannya.
Dia juga menolak dipuji berlebihan. Lee meminta tim komunikasinya untuk menghapus namanya dalam daftar miliarder.
"Jumlah uang itu tidak bisa disandingkan dengan rasa hormat saya kepada para karyawan SHI," ujar.
SHI sendiri bukan perusahaan yang bisa diremehkan. Dengan 17.500 pelanggan, SHI memiliki klien yang beragam termasuk perusahaan kelas atas Johnson & Johnson, AT&T hingga Boeing.
Pada 2014, pertumbuhan perusahaan mencapai 15 persen dan angka penjualan tiap tahunnya selalu positif.
Lee memegang 60 persen saham di perusahaan dan kini, dirinya tinggal di Amerika Serikat untuk mengurus bisnisnya.
Mengaku Miliarder, Pria 28 Tahun Tipu 107 Orang dan Gasak Rp 84 Miliar
Kasus yang terjadi di Seattle, Amerika Serikat (AS) menjadi pelajaran agar tidak tertipu penipuan saham. Penipunya bisa saja tampan, berotot, kharismatik, elit, lihai berbicara, bahkan mengaku miliarder.
Keenan Gracey (28) menipu 107 korban, banyak dari mereka yang menggantungkan hidup pada investasi saham yang ditawarkan pria itu: uang pensiun dan uang tabungan untuk anak pun ikut digasak penipu. Penipuan berupa penjualan saham bodong ini dilakukan Gracey di negara bagian Washington dan California.
Dilansir Seattle Times, Grace mengaku sebagai miliarder dan belajar di Universitas Oxford. Si penipu juga menyewa mobil-mobil Lamborghini serta menyewa properti di Beverly Hills agar tampil menawan di hadapan korban.
Hasil penipuan saham yang ia lakukan mencapai USD 6 juta atau Rp 84 miliar (USD 1 = Rp 14.086). Salah satu korban menyebut Gracey sebagai seorang sosiopat.
"Ia seorang pria yang tak punya rasa bersalah dan penyesalan atas kehancuran yang ia sebabkan atau hal-hal yang telah ia lakukan," ujar seorang korban.
Gracey juga hobi berpose tanpa memakai baju di rumah mewah sewaannya. Foto-foto kemudian dikirim ke korban.
Ia juga mengajak korbannya ke hotel-hotel mewah, kadang ia mengaku sebagai salah satu pemilik hotel tersebut.
Tak hanya mengaku sebagai miliarder, Gracey tak segan mengaku punya koneksi ke kalangan elit. Jaksa penuntut umum berkata Gracey menyebut dirinya masih keluarga dari pendiri perusahaan besar seperti Bank Lloyds dan General Dynamics.
Korban dari miliarder abal-abal ini juga didorong meminjam uang dan mengajak keluarga teman-teman mereka agar ikut membeli saham bodong yang dijual Gracey.
Beberapa korban bahkan memakai tabungan pensiun mereka. Akibatnya, ada korban yang hubungan silaturahminya terputus dengan keluarga dan sahabat mereka karena kasus penipuan ini. Korban pun sampai ada yang berencana bunuh diri.
"Saya melibatkan keluarga saya, saya melibatkan teman-teman saya. Anda (Gracey) membuat saya merencanakan bunuh diri. Bukan lagi berpikiran... merencanakan!" ujar korban tersebut.
Advertisement
Mengarang Masa Lalu
Dalam masa jayanya, Gracey mengaku sebagai aristokrat Inggris, memiliki banyak mansion, dan memiliki pengetahuan orang dalam soal saham-saham bernilai jutaan dolar. Ia pun mengaku mengenyam pendidikan di Universitas Oxford dan London School of Economics.
Kenyataannya, ia bahkan bukan orang Inggris. Ia adalah orang Kanada dan tidak pernah kuliah, sementara bapaknya bekerja di Boeing. Aksen British yang ia gunakan juga ternyata palsu. Penipuan ini dimulai pelaku sejak usianya 25 tahun.
Meski tak berpendidikan, pria ini mampu membodohi korbannya, yang berasal dari wilayah Washington dan California, dengan penipuan skema saham. Ia pun memahami berbagai konsep dan strategi finansial meski masih muda.
Contoh saham bodong yang ia jual adalah dari perusahaan bernama Fishytale. Perusahaan itu sungguh ada, namun Gracey mengaku sebagai anggota dewan direksi dan ia menjual saham perusahaan tersebut dengan harga lebih murah sebelum melantai di bursa (pre-public company shares).
Jika sudah melantai di bursa, Gracey berjanji nilai saham itu akan meroket. Padahal, perusahaan itu tak ada rencana menjual saham. Korban Gracey yang lain adalah pria yang juga mengajak ibunya untuk membeli saham.
"Sekarang ibu saya tidak memiliki apa-apa. Beliau tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Beliau umurnya 62 tahun," ujar salah satu korban.
Pria ini tampaknya benar-benar tak punya rasa bersalah. Pada bulan Mei 2018, regulator sekuritas Amerika Serikat (AS) mengendus penipuan yang terjadi, dan Gracey tetap menipu dengan identitas lain.
Alhasil, ia berhasil menggasak USD 2 juta. Barulah akhirnya ia diciduk pada akhir tahun 2018. Saat itu ia diduga sedang memprospek korban baru.
Penjara 15 Tahun
Pengadilan berkata Gracey paham betul tindakan kriminal yang ia lakukan. Gracey menyalahkan tindakannya didorong oleh alkohol dan ego yang mengambil alih hidupnya.
"Kamu menjadi budak akan hal tersebut jika kamu tidak bisa melawan dorongan itu," ujar Gracey yang meminta maaf pada korban di ruang pengadilan.
Pihak pengadilan pun ogah menerima argumen seperti itu. Hakim Kepala Distrik AS Ricard Martinez malah menambah hukuman bagi Gracey setelah mendengar cerita korban di ruang pengadilan.
Korban lainnya adalah wanita paruh baya yang putranya mengalami disabilitas.
"Uang yang kamu habiskan untuk gaya hidup mewahmu adalah uang yang harusnya dipakai untuk menjaga keadaan putra kami. Hal ini harusnya memberikan kedamaian bagi pikiran keluarga saya. Kedamaian itu kini diganti dengan rasa takut," ujarnya.
Hakim pun menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara. Dua tahun lebih lama dari tuntutan jaksa.
"Pria ini memahami apa yang ia lakukan selama ini. Kamu mencuri lebih banyak dari uang. Kamu mencuri kepercayaan mereka. Kamu mencuri masa depan mereka. Kamu selamanya mengubah masa depan anak-anak mereka. Untuk apa semua itu? Untuk memberi makan sebuah ego yang terlalu besar," ujar Hakim Martinez sebelum mengetuk palu.
Advertisement