Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing yang keluar (outflow) menjelang akhir tahun ini. Outflow terutama terjadi pada Surat Berharga Negara (SBN) dan Saham serta obligasi.
“Terjadi sedikit out itu adalah sekitar Rp 2 triliun dari SBN, Saham Rp 0,4 triliun dan obligasi korporasi Rp 0,5 miliar,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/11).
Advertisement
Baca Juga
Namun dia menegaskan ini merupakan suatu hal yang wajar dan pola musiman di akhir tahun.
“Ini memang menjelang akhir tahun memang sejumlah investasi jangka pendek memang akan menentukan dalam dua hal,” ujarnya.
Pertama, investor akan mulai menghitung keuntungan mereka. Apakah untung atau tidak dari investasi mereka. “Kedua, faktor global,” ujar Gubernur BI itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Global Kurang Baik
Dia menjelaskan saat ini ekonomi global kembali mendapat sentimen kurang baik. Karena kesepakatan trade war antara AS dan China rupanya batal menunjukan adanya kesepakatan.
“Itulah yang memberi risk off di global yang mengebabkan investasi jangka pendek mengambil dan biasanya mereka akan kembali masuk di awal tahun,” ujarnya.
Sementara itu, aliran modal asing masuk (inflow) ke Indonesia dari awal tahun hingga 21 November tercatat telah mencapai Rp 220,9 T.
“Terdiri dari Rp 174,5 T ke SBN, Rp 45,3 T ke saham dan sisanya Rp 1,6 T ke obligasi korporasi,” tutupnya.
Advertisement
BI: Inflasi Pekan Ketiga November 2019 di Angka 0,18 Persen
Hasil Survei Pantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) minggu ketiga November menunjukan angka inflasi sebesar 0,18 persen. Sementara secara tahunan telah mencapai 3,04 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan penyumbang inflasi terbesar adalah bawang merah. Disusul oleh beberapa komoditi lainnya.
“Penyumbang inflasi bawang merah 0,08 persen, daging ayam ras 0,05 persen dan beberapa komoditi lain” kata dia saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Sementara itu, ada juga beberapa komoditi lain yang justru mengalami deflasi. Yaitu beberapa jenis cabai.
“Deflasi yaitu cabe merah 0,07 persen, cabai rawit 0,02 persen,” ujarnya.
Secara kesuluruhan Perry menegaskan inflasi masih berada dalam kisaran yang terjaga dan dalam range target.
“Inflasi sampai dengan November masih rendah dan terkendali,” ujarnya.
Namun, dia mengingatkan sesuai pola musiman inflasi di akhri tahun pasti akan meninggi dibanding bulan-bulan sebelumnya.
“Biasanya desember sesuai pola musiman karena akhir tahun hari besar keagamaan agak naik, sekali lagi kalo ada kenaikan inflasi November desember itu sesuai pola musiman, BI masih meyakini tetap rendah terkendali,” tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com