Sukses

Jokowi Ajak CEO Perusahaan Korea Bangun Ibu Kota Baru

Menurut Jokowi, Indonesia terbuka untuk melakukan kerja sama dalam rangka pemindahan ibu kota.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para pimpinan atau Chief Executive Officer (CEO) perusahaan-perusahaan terkemuka Korea Selatan untuk bisa bekerja sama membangun ibu kota baru Indonesia yang akan dipindahkan dari Jakarta menuju ke Kalimantan Timur (Kaltim).

“Ibu kota baru tersebut akan kita desain sebagai sebuah kota yang smart city, yang green city, safe city, inclusive city, dan resilient city,” kata Jokowi dikutip dari laman Setkab, Selasa (26/11/2019).

Indonesia terbuka untuk melakukan kerja sama dalam rangka pemindahan ibu kota ini. Jokowi mengajak para CEO perusahaan besar Korsel untuk menguatkan kerja sama ekonomi, kerja sama perdagangan, dan kerja sama investasi antara Indonesia dan Korea.

“Korea adalah mitra strategis khusus Indonesia dan merupakan investor nomor 6 terbesar untuk Indonesia,” terang dia.

Jokowi menjelaskan, di era yang penuh ketidakpastian ini,masa depan dunia akan dimotori oleh emerging economies seperti Indonesia. Di saat banyak negara mengalami aging society, Indonesia memiliki usia produktif yang besar.

Bonus demografi yang besar, dan di saat banyak negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih dari 5 persen per tahun selama 5 tahun ini.

“Di saat banyak negara mengalami banyak diskonten stabilitas politik, di Indonesia bisa cukup terjaga. Dan pada saat banyak negara melakukan proteksionisme, Indonesia bisa menjadi koordinator bagi perundingan ASEAN dan Indonesia telah menyelesaikan negosiasi Indonesia dan CEPA dengan Korea,” tegas Jokowi.

Menurut Presiden, komitmen Indonesia jelas, dalam 5 tahun ke depan iklim investasi akan makin menarik, penyederhanaan aturan dan penyederhanaan birokrasi juga akan terus dilakukan, dan pada saat yang sama Presiden menekankan bahwa investasi di Indonesia harus menciptakan lapangan kerja.

Presiden juga menekankan bahwa investasi tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar namun juga menjadikan Indonesia sebagai hub produksi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Hari Keempat di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan mengawali hari keempat kunjungan kerjanya di Busan, Korea Selatan, dengan menjadi pembicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-RoK Summit ke-30, Selasa (26/11/2019). Setidaknya, Jokowi akan menjadi pembicara dalam tiga sesi, salah satunya ASEAN-RoK 30 and 30.

"Jadi di situ para pemimpin akan membahas mengenai evaluasi 30 tahun kerja sama ke belakang dan apa yang akan dilakukan dan diinginkan oleh para pemimpin untuk kerja sama 30 tahun mendatang," jelas Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Hotel Lotte Busan, Senin 25 November 2019.

Selain itu, Jokowi juga akan menjadi pembicara mengenai masalah connectivity dan dalam sesi membahas situasi regional. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu dijadwalkan melakukan beberapa peninjauan, salah satunya ASEAN-RoK start up Summit.

Sebelumnya, Jokowi juga telah menjadi pembicara dalam KTT ASEAN-Korea CEO Summit 2019 pada Senin 25 November 2018. Kemudian, mantan Wali Kota Solo itu bertemu dengan 10 CEO perusahaan kelas kakap asal negara ginseng tersebut.

Setelah itu, Jokowi mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Presiden Moon menawarkan kerja sama dalam pemindahan ibu kota negara.

"Saya mengerti pemindahan ibu kota merupakan tugas dan fokus pemerintahan di periode kedua ini," kata Moon Jae-In.

Jokowi pun menanggapi positif tawaran kerja sama teknis pembangunan ibu kota baru Indonesia. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan bahwa ibu kota baru Indonesia memiliki konsep smart city.

"Saya harapkan kerja sama tersebut dapat mengembangkan ibu kota Indonesia baru yang smart, green, safe, inclusive dan resilient," jelas Jokowi.

Jokowi berharap investasi Korea Selatan di Indonesia akan terus meningkat dan menyambut baik peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara, terutama menghadapi situasi ekonomi dunia saat ini.

"Di tengah situasi sulit seperti ini, upaya memperkuat kerja sama di antara kita menjadi lebih penting artinya," ucapnya.