Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keyakinannya terhadap kalkulasi Bank Dunia, IMF, McKenzie, bahwa Indonesia akan masuk ke dalam kelompok empat besar negara dengan perekonomian terkuat di dunia.
“Saya meyakini itu akan mencapai titik itu. GDP nominal, GDP PDB kita nomor 4 perkiraan nanti income per kapita kita sudah mencapai USD 23 ribu per tahun sampai USD 29 ribu per tahun. Kalau sekarang UMK kita baru Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Nantinya Rp 23 juta per bulan,” kata Jokowi dikutip dari laman Setkab, Selasa (26/11/2019).
Menurut Jokowi, hal itu merupakan lompatan yang sangat besar dan akan terjadi jika langkah besar, pekerjaan-pekerjaan besar yang dilakukan dengan tahapan-tahapan yang benar tanpa gangguan turbulensi politik.
Advertisement
Baca Juga
“Jangan sampai stabilitas politik, stabilitas keamanan itu ada seperti ini terus. Seolah-olah perhitungan itu tidak akan meleset karena yang menghitung bukan saya pribadi dan tentu saja tantangan-tantangan kita besar sekali,” kata dia
Sekarang ini, kata Jokowi, Indonesia tengah dalam tahapan membangun sebuah kepercayaan dari negara-negara lain. Indonesia akan menunjukan bahwa perekonomian nasional bisa tumbuh, meskipun ekonomi dunia yang babak belur semuanya.
Ia menyebutkan, Indonesia masih bisa bertahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertahan di atas 5 persen. Jika angka itu terus bisa dipertahankan, Jokowi meyakini, kepercayaan negara lain bisa benar-benar melihat Indonesia.
"Itulah yang kita tunggu-tunggu sebetulnya sehingga harus mudah mengalir, Foreign Direct Investment juga terus itulah nanti kita harapkan bisa mempercepat, bisa maju lebih depan lagi, kita bisa ke 4 besar ekonomi dunia,” tutur Jokowi.
CORE Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 Cuma 4,9 Persen
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 bakal berada di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen. Prediksi ini diakui melebar dibandingkan dengan prediksi sebelumnya.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, jika sebelumnya range prediksi hanya sebesar 0,1 persen, maka untuk 2020 melebar jadi 0,2 persen.
BACA JUGA
"Menjadi 0,2 persen karena faktor ketidakpastiannya sangat tinggi, sehingga range-nya melebar. Di tahun depan kita akan melihat lagi kecenderungan pertumbuhan ekonomi apakah ke 5,1 persen atau 4,9 persen," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Prediksi itu, ujar Faisal, mempertimbangkan dua skenario yang terjadi di tahun depan. "Dari prediksi pertumbuhan global meningkat, tapi tertahan. Perlambatan pertumbuhan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China. Bisa jadi lebih negatif bila eskalasi perang dagang ini berlanjut," ungkapnya.
"Bisa lebih positif jika Presiden AS Donald Trump ini tidak terpilih di 2020. Perang dagang itu otomatis diperkirakan tidak berlanjut, bisa berlanjut lagi jika Trump terpilih," lanjut Faisal.
Advertisement