Sukses

Harga Avtur Dinilai Mahal, Pertamina Sebut Sudah Ikuti Formula Pemerintah

Mahalnya harga avtur Pertamina dianggap sebagai biang kerok‎ mahalnya harga tiket pesawat.

Liputan6.com, Jakarta - Harga avtur Pertamina kembali disinggung Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebagai biang kerok‎ mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia. Dia pun berencana membuka kesempatan perusahaan lain berjualan avtur untuk menurunkan harga.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan, harga avtur yang ditetapkan Pertamina sudah sesuai formula yang ditetapkan pemerintah, sebagai penyalur Pertamina hanya mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan pemerintah.

Tiap dua pekan dan ada formulanya. Harga avtur, BBM dan Solar. Itu pakai formula yang ditetapkan pemerintah. Kita ikuti aturan saja," kata Nicke, disela acara Pertamina Energy Forum,‎ di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Menurut Nicke, harga avtur yang dijual Pertamina‎ bersaing dengan perusahaan lain, hal tersebut dibuktikan dengan digunakannya avtur Pertamina oleh maskapai dalam negeri saat di bandara luar negeri.‎

"Untuk harga, kita menyediakan avtur untuk airline kita di luar negeri‎, harga avtur Pertamina cukup kompetitif,‎" tuturnya.

Namun dia mengakui, masih ada perbedaan harga di wiayah Indonesia Timur tingginya biaya penyaluran akibat akses yang sulit. "Kami sadari di Indonesia timur cukup sulit loading unloading berkali-kali, avtur dari cilacap diangkut kapal, dibawa truk kepelabuhan kecil diangkut lagi, itu tantangan kita negara kepualuan," paparnya.

Nicke melanjutkan, untuk saat ini Pertamina sudah tidak lagi mengimpor avtur gunah memenuhi kebutuhan transportasi udara di dalam negeri.‎ Bahkan dengan modernisasi kilang Cilacap, avtur Pertamina sudah ekspor.

"Mulai Maret 2019 kami sudah tidak impor solar dan avtur, khusus avtur Juni 2019 kami sudah ekspor, kita sudah mandiri kita tidak impor, kita sudah upgrade kilang Cilacap sehingga menghasilkan lebih banyak," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harga Tiket Pesawat Naik, Konsumsi Avtur Turun

PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan konsumsi avtur oleh pihak maskapai pada 2019. Jika dibandingkan 2019, rata-rata normal atau Daily Objective Throughput (DOT) turun sebesar 12,8 persen.

Vice President Aviation Pertamina, Eldi Hendri mengakui, konsumsi avtur menurun pada 2019. Salah satu hal yang diduga menjadi penyebabnya yakni naiknya harga tiket.

"Untuk avtur kita sama-sama ketahui di awal 2019 dunia penerbangan kita secara frekuensi menurun. Mungkin karena cari tiket saja sekarang cukup sulit jadi secara frekuensi turun dibanding 2018," kata dia, di Jakarta, Senin (29/4/2019).  

Meskipun demikian, pihaknya tetap prediksi kenaikan konsumsi avtur hingga 8 persen di waktu jelang Lebaran alias di masa kerja Satgas RAFI 2019. Diketahui DOT avtur selama tahun 2019 tercatat sebesar 13.414 KL.

"Untuk satgas kali ini. Tahun lalu kenaikannya 5 persen tahun ini normal kita 13.500 per day bisa naik 8 persen pada saat puncak hari raya nanti jadi sekitar 14.500an. Kita prediksi puncaknya nanti naik sampai 8 persen dari kondisi normal," ungkapnya.

Vice President Supply & Distribution PT Pertamina, Faris Aziz, mengatakan sepanjang 2019, Pertamina sudah tidak lagi melakukan impor avtur. Sebab sudah dapat diproduksi di kilang-kilang milik Pertamina. "Yang dominan sumbang ada RU (Rifinery Unit) 4 cilacap. Setelah itu Revinery Unit 6," ujar dia 

Saat ini, stok avtur Pertamina mencapai 615.512 KL dapat memenuhi kebutuhan hingga tersedia 48 hari.

"Produksi kebutuhan kita stok kita 48 hari. Jadi memang dari produksi kita 13 ribu KL per day kali 48 hari itulah ketahanan stok kita," tandasnya.