Sukses

Jepang Minat Bangun Perumahan Khusus Milenial di Indonesia

Dalam waktu dekat perusahaan asal Negeri Sakura tersebut akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait wacana perumahan milenial.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asal Jepang berminat untuk memodali pembangunan perumahan khusus milenial di Indonesia. Kerjasama rencananya dengan menggandeng PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN.

Direktur Finance, Planning and Treasury BTN, Nixon tL. P. Napitupulu mengungkapkan, jika dalam waktu dekat perusahaan asal Negeri Sakura tersebut akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait wacana tersebut.

"Mungkin mereka akan ketemu Presiden dalam waktu dekat," kata dia, di Kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2019).

Dia mengaku juga telah melakukan kunjungan ke Jepang untuk menjajaki kerja sama tersebut.  Adapun pendanaan yang ingin diberikan untuk perumahan berkonsep smart city yang terintegrasi dengan transportasi umum.

"Dan mungkin yang didorong adalah lebih ke milenial, 25-35 tahun, in the rural. Jadi mereka inginnya di rural area ya. Jadi lebih ke arah kota Jakarta, Surabaya, Bandung," ujarnya.

Spesifikasi harga rumah ini nantinya di atas FLPP sedikit. Dengan besaran Rp 200 juta-Rp 500 juta. Lokasinya akan lebih mendekati perkotaan dengan konsep hunian vertikal.

"Mudah-mudahan ini bisa jadi kenyataan, baru penjajakan, sudah tandatangan non disclosure agreement. Jadi kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan data antar institusi. Diharapkan bisa MoU di bulan Desember," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengaku belum bisa mengungkap nama calon pemberi modal tersebut. Hanya saja dia memberi bocoran perusahaan tersebut juga merupakan salah satu pemodal dalam proyek pembangunan MRT Jakarta.

"Tapi kurang lebih institusinya juga itu memberikan pinjaman di MRT," tutup dia.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Milenial Rela Bayar Listrik Lebih Mahal yang Berasal dari EBT

Keinginan masyarakat untuk beralih ke energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar. Mereka bahkan rela membayar listrik lebih mahal bila bersumberdari energi yang bersih.

Secara spesifik, matahari dan bioenergi menjadi sumber EBT yang paling banyak dipilih dibandingkan energi terbarukan lainnya. Kesimpulan itu didapatkan dari hasil survei yang dilakukan oleh Koaksi Indonesia.

Sementara survei yang dilakukan IESR di rumah tangga di Jabodetabek danSurabaya juga memberikan hasil, masyarakat menerima serta bersedia untuk melakukan pembelian listrik EBT, terutama solar cell, jika memang tersedia danmudah didapatkan.

Survei yang dilakukan Koaksi terhadap 96.651 warganet beberapa waktu lalu mendapatkan data, sebanyak 23,8 persen responden memilih matahari sebagaisumber energi terbarukan dan 22,4 persen memilih bioenergi.

Survei dilakukan melalui platform Change.org selama 40 hari selama Mei-Juli lalu dan disebarkan lewat surat elektronik, media social, dan platform percakapan. Survei tersebut menjangkau pengguna internet di 34 provinsi di Indonesia.

Menurut Direktur Eksekutif Koaksi Indonesia Nuly Nazlia, banyaknya partisipasi warganet menunjukkan tingkat kepedulian yang cukup tinggi pada isu energi terbarukan.

“Dan keinginan mereka untuk beralih ke energi terbarukan juga sangat besar. Bahkan 36,5 persen responden rela membayar listrik lebih mahal bila bersumberdari energi yang bersih,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Senada dengan itu, survei terbaru mengenai rooftop solar yang dilakukan Institutefor Essential Services Reform (IESR) di Surabaya tahun ini serta di Jabodetabektahun lalu, juga mendapatkan data bahwa mayoritas rumah tangga yang disurveimengarah kepada ketertarikan terhadap penggunaan EBT terutama energimatahari.

“Dari hasil survei IESR terbaru, kami mendapatkan insight bahwa merekamemang mau dan ada keinginan serta menerima penggunaan EBT terutama solar cell. Dan mereka juga menyatakan mau membeli atau membayar kalau disediakan,” tutur Koordinator Komunikasi IESR Gandahaskara Saputra.

Video Terkini