Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) akan menghentikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) di 2028. Hal ini seiring dengan pembangunan pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan.
Manager Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores PLN Unit Induk Wilayah NTT Lambok R Siregar mengatakan saat ini PLTD masih mendominasi suplai listrik di wilayah NTT.
Namun demikian, peran PLTD akan terus diturunkan dengan beroperasinya pembangkit listrik EBT. Di NTT, khususnya Flores, panas bumi menjadi EBT paling potensil dalam pengembangan pembangkit listrik.
Advertisement
"Di 2028, seluruh PLTD (di NTT) akan dipensiunkan," ujar dia di Labuan Bajo, NTT, Kamis (28/11/2019).
Baca Juga
Menurut Lambok, nantinya peran Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) akan dioptimalkan oleh PLN, sehingga porsi PLTP dalam menyuplai listrik di NTT mencapai 70 persen.
Sehingga, meski belum 100 persen, di 2028 mayoritas pembangkit listrik di NTT merupakan pembangkit ramah lingkungan.
"Di 2028, 70 persen (dikontribusi) dari PLTP," ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
PLTP Sokoria Tahap 1 Beroperasi Februari 2020
PT PLN (Persero) optimis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sokoria tahap 1 bisa beroperasi pada Februari 2020.
Untuk tahap awal ini akan PLTP yang belokasi di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menghasilkan listrik 5 Megawatt (MW).
Manager Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores PLN Unit Induk Wilayah NTT Lambok R Siregar mengatakan, total kapasitas PLTP Sokoria mencapai 30 MW. Total kapasitas tersebut ditargetkan teralisasi 2024.
"Target selesai Februari 2020 sebesar 5 MW. Tahun selanjutnya 5 MW, sampai total 30 MW di 2024. (Harga listrik) 12 cent per kwh," ujar dia di Ende NTT, Kamis (28/11/2019).
Advertisement
Bantu Capai Targtet
Menurut Lambok, peroperasinya PLTP Sokoria akan membantu PLN mencapai target peroperasian pembangkit listrik dari enegri baru dan terbarukan (EBT).
"Kita ingin promosikan EBT di sini. Dengan adanya Sokoria, maka target EBT sebesar 23 persen di 2025 bisa tercapai sebelum 2025," kata dia.