Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah melakukan integrasi tiket Mass Rapid Transit (MRT) dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Dua moda transportasi massal ini akan memiliki tiket yang sama.
Bila sebelumnya masing-masing moda transportasi tersebut memiliki sitem tiket sendiri, maka ke depannya pengguna dua transportasi ini akan menggunakan satu kartu yang sama.
"Sekarang sudah terintegrasi antar moda yang satu dengan yang lainnya," kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono di Jakarta, Senin (2/12).
Advertisement
Baca Juga
Integrasi tiket ini sudah mendapat restu dari Bank Indonesia pada 14 November lalu. Sehingga nantinya akan memudahkan masyarakat dalam menggunakan transportasi massal.
Bambang menegaskan, saat ini prosesnya sudah berjalan secara teknis di lapangan. PT KCI, kata Bambang, sudah siap melakukan integrasi. Hanya saja, masih ada kendala dari MRT dalam pemasangan alat. Diperkirakan integrasi ini bisa mulai diterapkan pada awal tahun 2020.
"Insya Allah nanti kuartal pertama tahun 2020 bisa digunakan," ujar Kepala BPTJ.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Moda Transportasi Lain
Jika ini sudah berjalan, kata Bambang, masyarakat tak perlu repot dalam membeli kartu saat berpindah moda transportasi, khususnya antara MRT dan KRL. Sebab, keduanya sudah terintegrasi.
Tidak hanya itu, BPTJ juga bakal melakukan hal serupa terhadap moda transportasi lainnya yang belum terintegrasi.
Â
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
BPTJ Targetkan 41 Ribu Transportasi Umum Jabodetabek Gunakan Kendaraan Listrik
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono mengatakan pihaknya sudah memiliki road map mengenai kendaraan untuk transportasi umum. Ia menargetkan, hingga 2024 angkutan umum dengan kendaraan listrik akan mencapai 41 ribu unit.
Dalam diskusi mengenai Pengelolaan Transportasi Megapolitan di Jakarta, Bambang menjelaskan untuk mencapai target unit kendaraan listrik dilakukan secara bertahap dan berlaku di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Tahun depan diupayakan 2.000 unit kendaraan listrik sudah bisa beroperasi, sampai 2024 kira kira 41.000 unit," ujar Bambang, Kamis (14/11/2019).
Bambang mengatakan, penggunaan kendaraan listrik untuk transportasi umum diharapkan bisa menjadi pilihan utama bagi seluruh masyarakat dalam menunjang mobilitas.
Ia menegaskan kendaraan ramah lingkungan tidak melulu dikonotasikan dengan kendaraan listrik. Namun juga kendaraan ramah lingkungan yang memiliki daya angkut besar dan tidak menimbulkan polusi.
"Sebenarnya bukan bicara masalah listrik. Artinya dia mengangkut dengan kapasitas besar, buang gas beracunnya sedikit, itu juga termasuk ramah lingkungan," tukasnya.
Pada Juni lalu, Transjakarta telah melakukan pra-uji coba tiga bus listrik dan telah dimanfaatkan sekitar 13 ribu pengguna jasa bus. Meski masih uji coba, warga berharap bus listrik benar-benar bisa mengaspal di jalanan Ibu Kota.
Uji coba sempat dilakukan di beberapa kawasan wisata, seperti Monumen Nasional (Monas), Ancol, dan Taman Mini.