Sukses

Ditjen PSP Kementan Segera Lakukan Pemetaan Jaringan Irigasi Tersier

Setelah melakukan monitoring optimalisasi pemanfaatan jaringan irigasi tersier, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan segera melakukan pemetaan prasarana pertanian.

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) segera melakukan pemetaan prasarana pertanian. Selama ini Ditjen PSP juga sudah melakukan monitoring optimalisasi pemanfaatan jaringan irigasi tersier (JIT).

“Meskipun demikian, kita akan tetap melakukan pendataan lagi. Baik itu Jaringan Irigasi Tersier, Alsintan, asuransi pertanian dan kartu tani,” ujar Dirjen PSP Sarwo Edhy, Selasa (3/12).

Selain itu, lanjut Sarwo, pihaknya juga akan mendata atau melakukan pemetaan jaringan irigasi yang sudah direhabilitasi dan yang belum direhabilitasi.

Dalam empat tahun (2015-2018), Kementan sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) seluas 3,12 juta hektare (ha). Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.

Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dari luasan 3,12 juta ha mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.

“Kita harapkan JIT yang sudah diperbaiki tersebut dirawat petani secara swadaya, agar infrastruktur perairan itu tetap berfungsi dengan baik,” jelasnya.

Menurut Sarwo Edhy, pemeliharaan jaringan irigasi, baik skunder, primer dan tersier, tidak lain agar pasok air ke sawah petani menjadi lancar.

 

“Jika pasok air lancar, maka tanaman tidak mengalami kekeringan. Apalagi di musim kemarau, keberadaan air sangat dibutuhkan,” tegasnya.

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP Rahmanto menambahkan, Ditjen PSP mempunyai program atau kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.

Dalam waktu tiga tahun (2015-2017) Direktorat Irigasi Pertanian telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air. Yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.

"Hingga 5 November 2018 telah dibangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha," papar Rahmanto.

Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.

Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi. Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir (2015-2018) mencapai 2.956 unit.

“Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” pungkasnya

 

(*)