Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Gabungan Agen Tunggal Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menyebut bahwa tren kepemilikan mobil bagi milenial masih cukup tinggi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat.
"Mereka (milenial) akan tetap butuh kendaraan, baik untuk keperluan pribadi, tapi lebih banyak untuk keperluan komersial," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kukuh mengatakan industri otomotif berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang berada di sekitar 5 persen, maka penjualan produk masih akan bisa tumbuh. Apalagi selama 10 tahun terkahir, jumlah penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil, terus meningkat.
"Walaupun di tahun ini industri otomotif mengalami penurunan sampai 7 persen, tapi ini siklus 5 tahunan setiap adanya pemilu," kata Kukuh.
Berdasarkan data Gakindo produksi mobil sejak Januari hingga Oktober 2019 produksi mobil menurun 5 persen menjadi 1,07 juta unit secara tahunan. Produksi yang menurun tersebut juga sejalan denga permintaan pasar yang juga menurun sebesar 12 persen menjadi 849.609 unit sejak Januari hingga Oktober secara tahunan.
Meski produksi dan permintaan pasar menurun, ekspor mobil justru meningkat pada 2019. Misalnya, untuk pasar ekspor mobil jadi (CBU) meningkat sebanyak 29 persen secara year on year dibandingkan pada 2018, menjadi 275.364 unit sejak Januari hingga Oktober. Sedangkan ekspor mobil terurai atau completely knock down (CKD) naik 483 persen menjadi 397.885 unit
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hyundai Teken Investasi Mobil Listrik Senilai Rp 21 Triliun di Indonesia
Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Hyundai Motors resmi menandatangani kerja sama investasi mobil listrik senilai USD 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Adapun investasi dilakukan dalam dua tahap, untuk tahap pertama senilai USD 700 juta.
Penandatangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan di pabtik Hyundai Motor di Ulsan Korea Selatan, Selasa (26/11/2019). Jokowi sendiri hadir lansgung untuk meneken investasi triliunan rupiah ini.
Sementara itu, dari pihak Hyundai Motor adalah Executive Vice Chairman of Hyundai Motor Group Euisun Group dan Presiden dan CEO Hyundai Motor Copmany Wonhee Lee.
"Jadi, yang pertama Hyundai akan melakukan investasi di Indonesia dengan membangun pabrik di sana, di mana tempat investasinya kurang lebih sekitar 1,5 miliar USD," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia usai mendampingi Jokowi di Ulsan Korea Selatan.
Bahlil menegaskan bahwa proses perizinan investasi Hyundai ke Indonesia sudah rampung. Dengan begitu, pembangunan pabrik diharapkan dapat mulai dilakukan Januari 2020. Rencananya, pabrik Hyundai tersebut akan dibangun di Cikarang, Jawa Barat.
"Diharapkan 1 tahun produksi bisa mencapai 250 ribu unit dan ini Indonesia akan dijadikan sebagai prioritas. Kemarin kantor utamanya ada di Malaysia, tapi sekarang mereka mau giring masuk ke Indonesia," ucap Bahlil.
Advertisement
Memberikan Keuntungan untuk Indonesia
Menurut dia, investasi ini akan memberikan keuntungan terhadap Indonesia antara lain mobil listrik ramah lingkungan hingga terciptanya lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia. Selain itu, juga membuka pasar ekspor.
"Karyawan juga dapat mampu menciptakan lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar kita tahap pertama 5 sampai 6 ribu, tahap pertama ya," jelas Bahlil.