Sukses

Pemerintah Angkat Perekonomian Desa Tertinggal Lewat Eco Fashion

Kementerian Desa mempunyai tugas mengangkat perekonomian desa yang tertinggal.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar membuka gelaran Eco Fashion Indonesia yang bertajuk Sustainable Green. Tema tersebut dalam rangka mengajak masyarakat Indonesia untuk selalu menjaga lingkungan demi keberlanjutan ekosistem alam.

Abdul mengatakan, produk eco fesyen menggunakan bahan-bahan lokal yang diproduksi oleh desa-desa tertinggal di nusantara. Program yang telah berlangsung selama satu tahun ini diharapkan mampu mengangkat perekonomian desa tertinggal.

"Produk eco fesyen yang dihasilkan oleh desa-desa tertinggal untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya dengan terus memberikan pelatihan menggunakan sumber alam dan sumberdaya yang ada tetapi tetap menjaga keberlanjutan lingkungan," ujarnya di Sarinah, Jakarta, Kamis (5/12/2019).

Abdul mengatakan, Kementerian Desa mempunyai tugas mengangkat perekonomian desa yang tertinggal. Eco fesyen Indonesia membantu mewujudkan hal tersebut melalui pembinaan kepada masyarakat di desa tertinggal melalui desainer Merdi Sihombing.

Produk-produk hasil binaan desa tertinggal tersebut dipresentasikan di Sarinah yang dikenal sebagai wadah UKM sehingga masyarakat Indonesia juga dapat membantu meningkatkan taraf ekonomi desa tertinggal dengan cara membeli produk mereka.

"Kalau kita lihat banyak produknya disini ya. Informasi yang saya terima produk ditampilkan di antaranya tenun dari kabupaten Boti Donggala Nusa Tenggara Timur. Ke depan, tentu akan semakin banyak desa yang kita ajak supaya semakin banyak desa tertinggal terangkat ekonominya," jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Desa Binaan

Sementara itu, Desainer Merdi Sihombing mengatakan, Eco Fashion Indonesia berhasil mempekerjakan 100 karyawan di 4 desa binaan tertinggal. Adapun produk Eco Fashion Indonesia dijual berkisar Rp700.000-an. Pembeli diharapkan mengetahui kelebihan produk yang digunakan jika dibandingkan dengan kain sejenis yang telah ada sejak lama.

"Semuanya menggunakan bahan lokal, benangnya, penenunnya, tidak ada kita beli dari luar. Semua pakai dalam negeri. Jadi ini tujuannya memang untuk bisnis. Kami bekerja sama dengan Kementerian Desa. Kami harap banyak desa yang tertolong dengan adanya program ini. Untuk harga kain, masih wajar, tidak sampai puluhan juta tapi sekitar Rp700.000,-an," jelasnya.

Fesyen berkelanjutan telah menjadi agenda penting bagi Indonesia untuk memotivasi semakin banyak pelaku bisnis fesyen di Indonesia untuk mengkomunikasikan nilai-nilai lingkungan, budaya dan pertumbuhan industri fesyen Indonesia yang berkelanjutan yang akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian daerah maupun nasional.

Demikian juga berbagai isu dibalik keberadaan sebuah produk fesyen di mana tenaga kerjanya diperlakukan dengan adil, sumber daya alam dan budaya yang dijaga kelestariannya, dan ekosistem yang terjaga, menjadi semakin penting bagi konsumen di Indonesia maupun di dunia dalam mengambil keputusan pembelian produk fesyen.

 

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com