Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan transaksi berjalan bisa surplus jika Indonesia sudah masuk kategori negara maju. Sebab, saat itu dengan pendapatan per kapita yang tinggi, Indonesia bisa membiayai pembangunan sendiri tanpa bergantung besar pada modal ataupun barang asing.
"Selama masih menjadi negara berkembang, Indonesia akan tetap membutuhkan modal asing," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono, saat ditemui di Labuan Bajo, Senin (9/12/2019).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, menurutnya, pemerintah sudah berada di jalur yang tepat terkait kebijakannya dalam mengatasi defisit transaksi berjalan. Diantara menggalakan program biodiesel dengan target B100 bertujuan menekan impor migas, memproduksi sendiri baterai mobil listrik, dan lain sebagainya.
"Kita punya nikel besar. Kalau itu bisa berhasil maka RI akan menjadi pusat produksi baterai listrik. Ketiga tentu produksi dari mobil listriknya sendiri. Mudah-mudahan ke depan kalau bisa menjadi pusat mobil listrik itu bisa membantu," tuturnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perbaiki Sektor Jasa
SVP Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto, menambahkan upaya pemerintah dalam memajukan industri pariwisata sudah benar.
Selain biodiesel, industri pariwisata menjadi salah satu alat efektif dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan karena mendatangkan devisa.
"Catatan Bank Dunia itu manage your natural asset itu bicara wisata atau tourism," ucapnya.
Selain itu, cara lain yang bisa dilakukan ialah memperbaiki sektor jasa Tanah Air. Salah satunya dengan mendatangkan diaspora untuk bekerja di Indonesia alih-alih mempekerjakan pekerja asing.
"Optimalkan SDM domestik. Diaspora suruh pulang sehingga tidak perlu bayar upah pakai Dolar," tuturnya.
Reporter:Â Harwanto Bimo Pratomo
Sumber: Merdeka.com
Advertisement