Sukses

Pemerintah Curhat Sulitnya Jualan Sawit ke Luar Negeri

Kemendag menyayangkan sikap negara-negara Eropa yang menolak industri minyak kelapa sawit Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyayangkan sikap negara-negara Eropa yang menolak industri minyak kelapa sawit Indonesia untuk masuk ke negaranya. Padahal secara dampak minyak kelapa sawit sendiri merupakan salah satu hal yang paling ramah lingkungan.

"Sayang sawit dapat kampanye negatif masalah isu lingkungan dan kesehatan. Ini nenjadi tantangan bagi pemangku dan pemerintah perbaiki citra," kata Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Pradnyawati, dalam acara diskusi sawit di Jakarta, Selasa (17/12/2019).

Dia membeberkan, hambatan perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia terjadi di berbagai belahan negara utamanya adalah Uni Eropa. Di mana, Uni Eropa sendiri menolak mentah-mentah masuk kelapa sawit Indonesia karena tuduhan anti subsidi terhadal biodisel, dan Renewable Energy Direvtibe (RED) II.

"Beberapa negara di Eropa juga turut kampamye negatif 'No Palm Oil' pada makanan," kata dia.

Tak hanya terjadi di Eropa, negara-negara luar yang ikut menghambat perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia juga berasal dari Prancis dan Rusia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Prancis dan Rusia

Di mana Prancis menolak dengan alasan penghapusan insentif pajak produk biofuel dari kelapa sawit, sedangkan di Rusia menerapkan penghapusan keringanan pajak minyak sawit.

"Banyak sekali kampanye negatif. Kita harus menjelaslan kelapa sawit Indonesia ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata dia.

Di samping itu, bentuk kampanye hitam lainnya yang ditujukan negara luar yakni melalui beberapa minimarket di masing-masing negara. Misalnya saja, yang terjadi di Belgia, minimarket di sana mencantumkan 0 persen palm oil di setiap produk-produk makanan.

"Sementara di Prancis berjanji untuk tidak menggunakan minyak melapa sawit untuk semua produk bermereknya mulai 2010 lalu," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com