Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menceritakan penyebab nelayan tangkap ikan kerap kesulitan mendapat akses Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Salah satu penyebabnya BBM dikuasai para preman wilayah.
Para preman ini bahkan kekuatannya lebih besar dari tentara dan polisi atau pemangku kebijakan setempat.
"Mereka (nelayan) itu akan berhadapan dengan preman-preman yang memegang wilayah," kata Edhy dalam pembukaan Pertemuan Regional ke-2 Komite Pengelola Bersama Perikanan Tuna di Mina Bahari IV, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (18/19/2019).
Advertisement
Baca Juga
Edhy menyebut kasus BBM hilangnya BBM bersubsidi di wilayah bukan isu baru. Solusi berupa Solar Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sudah pernah dilakukan. Hanya saja, saat SPBN berdiri, tidak bertahan lama.
Kondisi ini pernah dialami Edhy di daerah pemilihannya saat jadi anggota dewan. "Setelah berdiri malah tetap juga nelayan enggak kebagian (BBM bersubsidi)," ujar Edhy.
Dia mencurigai ada 'pemain' dalam kasus ini. Namun dia belum bisa memastikan kasus ini permainan antara pengirim atau pemilik SPBN di lokasi tersebut. Sebab nelayan di sekitar itu susah mendapatkan BBM bersubsidi.
"Saya tahu kok hilangnya kemana, dikirim (baru) sekali," ucap Edhy.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bikin Komunitas
Namun dia tidak ingin menyalahkan pihak manapun. Sebaliknya dia menginginkan para pemangku kebijakan yang hadir dalam forum itu memberikan masukan untuk mengatasi masalah ini. Minimal kata Edhy, ada upaya mengurangi masalah BBM bersubsidi untuk para nelayan.
Politikus Partai Gerindra ini mempersilakan para pemangku kebijakan membuat komunitas besar atau kecil dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM bersubsidi di wilayah masing-masing. "Jadi solar itu harus ada," ujar Edhy.
Dia melanjutkan, masalah BBM mudah cara mengatasinya. Anggaran bisa menggunakan dana milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dia juga berjanji akan bekerja sama dengan Pertamina lewat Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM.
Nantinya, Edhy ingin SPBN yang dibangun dalam kontrol nelayan 100 persen. Sehingga tidak ada lagi yang 'bermain' dengan BBM bersubsidi. Tiap nelayan bisa mengakses BBM subsidi sesuai porsinya seperti hanya 15 liter, 20 liter dan 50 liter . Dia tak mau mendengar lagi cerita nelayan sudah ambil jatah 50 liter tapi mengaku hilang. Padahal jatahnya dijual.
Dia juga berharap para nelayan dengan kapal 40 GT tidak memanfaatkan situasi dalam mendapatkan BBM bersubsidi. Sebab, BBM bersubsidi hanya untuk kapal di bawah 10 GT.
"Nelayan 40 GT harganya yang normal, harga industri," tutup Edhy.
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement