Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, produksi gas Indonesia akan meningkat dua kali lipat pada 2030. Kenaikan seiring berproduksinya proyek hulu migas di dalam negeri.
Kepala SKK Migas mengatakan, pemerintah akan terus berupaya mengembalikan masa kejayaan produksi migas, dengan menggalakkan kegiatan pencarian migas untuk meningkatkan produksi migas nasional.
Advertisement
Baca Juga
"Saya kira sekarang komitmen pemerintah lewat SKK Migas untuk mengembalikan kejayaan atau keemasan oil and gas di Indonesia," kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Menurut Dwi, selain meningkatkan produksi minyak kembali ke level 1 juta berel per hari, SKK Migas juga merencanakan peningkatan produksi gas dari realisasi saat ini 6 miliar kaki kubik per hari menjadi 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030.
"Kami bikin motonya 1 juta barel oil per days. Di samping itu adalah produksi gas dalam negeri yang akan meningkat 6 ribu MMSCFD jadi 12 ribu MMSCFD di 2030," papar Dwi.
Tambahan produksi gas tersebut berasal dari lapangan gas yang saat ini sedang digarap, Dwi menyebutkan sejumlah proyek tersebut adalah Tangguh Train 3 berproduksi pada 2021, Jambaran Tiung Biru.
Kemudian Indonesian Deep Water Development (IDD) berproduksi pada 2025 dan Blok Masela pada 2027. "Ini diharapkan bisa men-support kebutuhan energi kita," katanya.
Proyek Blok Masela Bakal Gunakan Produk Dalam Negeri Senilai Rp 73 Triliun
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan penggunaan barang jasa dalam negeri pada proyek Blok Masela mencapai 26,6 persen dengan nomial sebesar Rp 73 triliun.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) merupakan prioritas dalam proyek Masela yang dikelola Inpex Corporation.
SKK Migas bersama INPEX pun telah mensosialisasikan program memaksimalkan TKDN dan pengembangan kapasitas nasional untuk vendor dan tenaga kerja terkait Proyek Strategis Nasional LNG Abadi, Wilayah Kerja Masela.
"Proyek ini adalah kesempatan emas bagi Indonesa untuk membangun kapasitas nasional dan kemampuannya di laut dalam. Karena dimasa mendatang potensi cadangan migas akan bergeser ke laut dalam,” kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Baca Juga
Berdasarkan perhitungan SKK Migas yang juga telah disepakati dalam dokumen rencana pengembangan (Plan of Development /POD), pemanfaatan TKDN proyek LNG Abadi akan mencapai 26,62 persen.
Maka dengan nilai proyek pembangunan Blok Masela sekitar USD 19,8 miliar, akan ada potensi sebesar USD 5,27 miliar atau setara dengan sekitar Rp 73 triliun belanja barang jasa di dalam negeri.
"Ini adalah jumlah yang sangat besar, dan salah satu wujud nyata kontribusi hulu migas dalam membangun perekonomian Indonesia," tuturnya.
Advertisement