Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asuransi Jiwasraya sempat menjadi sponsor klub sepakbola Inggris, Manchester City. Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga melihat hal ini tidak etis, karena kondisi keuangan Jiwasraya yang tidak baik.
Lebih lanjut, dirinya membeberkan rincian biaya yang dikeluarkan oleh Jiwasraya untuk menggaet klub tersebut. "Jadi nilai sponsorship setelah pajak itu Rp 7,5 miliar per tahun," ungkap Arya di Kementerian BUMN, Jumat (27/12/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kemudian, terdapat biaya kunjungan senilai Rp 4 miliar yang bersifat tentatif. Biaya itu digelontorkan jika klub melakukan kunjungan ke Indonesia.
Kemudian, ada pula biaya souvenir Jiwasraya dengan logo klub senilai Rp 1 miliar per tahun. Lalu, biaya konsultan sebesar Rp 1 miliar per tahun.
Menurut Arya, kontrak kerjasama Jiwasraya dengan Manchester City berlangsung selama 4 tahun dari tahun 2014 hingga 2018.
"Setelah kontrak selesai, distop oleh Indra Widjaja (Direktur Pemasaran Korporat)," ujarnya.
Saksikan video di bawah ini:
Kementerian BUMN: Sudah Jelek Jiwasraya Masih Nekat Sponsori Manchester City
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan keheranan ketika perusahaan asuransi Jiwasraya nekat mengubah laporan keuangan demi menjadi sponsor salah satu klub sepakbola, Manchester City.
Padahal, menurut Arya, kinerja Jiwasraya sudah "jelek" dan harusnya tidak melakukan hal demikian. "Kalau kita lihat posisi (laporan keuangan) 2014 posisi Jiwasraya jelek. Dia masih bisa backup dirinya jadi sponsor klub Manchester City," ujar Arya di Kementerian BUMN, Kamis (26/12/2019).
Baca Juga
Dia juga mempertanyakan langkah perusahaan yang seharusnya pembayaran klaim nasabah menggunakan hasil investasi, bukan dari premi-premi nasabah yang baru. "Itu namanya gali lubang tutup lubang," imbuhnya.
Arya melanjutkan, agar operasional Jiwasraya bisa terselamatkan, maka jalan keluarnya adalah membentuk holding BUMN asuransi yang sedang diproses dan ditargetkan selesai pada kuartal 1 atau 2 tahun depan.
Kemudian, alternatif lainnya adalah menjual aset keuangan perusahaan terutama saham dengan nilai undervalue.
"Kita akan jual aset saham undervalue, itu nilainya bisa Rp 5 triliun ke atas. Kita harapkan Rp 5,6 triliun atau hampir Rp 6 triliun," ujarnya.
Advertisement