Sukses

Proyek Gasifikasi Batubara Pertama Indonesia Dimulai pada 2020

Kendala pengembangan CBM adalah harga jual gas yang sesuai keekonomian.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan, proyek gasifikasi batubara (Coal Bet Methane/CBM) pertama akan mulai dikembangkan pada 2020.
 
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, pengembangan proyek CMB pertama di Indonesia ‎segera dimulai.
 
Ini setelah disetujuinya rencana pengembangan Plan of Development (PoD)‎ CBM di Blok Tanjung Enim, Sumatra Selatan yang ditargetkan pada 2020 dengan operator New Energy.
 
"Mudah-mudahan CBM pertama di Indonesia dapat ditandatangani PoD 1. Mudah mudahan tahun depan yang pertama kali," kata Djoko, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (31/12/2019).
 
Menurut Djoko, dalam POD akan mengembor 209 sumur dan Proyek CBM Tanjung Enim tahap pertama menghasilkan gas sebesar 25 MMscfd, gas tersebut akan dibeli PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Gas (Pertagas). 
 
‎"‎Tahap awal 25 MMscfd. Kalau ini berhasil bisa kembangin lagi bisa ratusan juga," tuturnya.
 
Adapun kendala pengembangan CBM adalah harga jual gas yang sesuai keekonomian, namun dia memastikan masalah tersebut sudah dapat diselesaikan.
 
Untuk harga gas CBM tersebut di bawah US$ 5 per MMBTU lebih murah dari gas bumi dari sumur.
 
‎"Harga gas ekonomi. Sekitar harga di bawah rata rata gas Hulu. Kurang lebih 5. Kita suruh efisiensi Kan," tandasnya.
 
2 dari 2 halaman

PLTU Batu Bara Terbesar di Indonesia Beroperasi

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 Unit 1 yang merupakan pembangkit berbasis batu bara terbesar di Indonesia dengan total kapasitas sebesar 2 X 1.000 MW resmi beroperasi.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, PLTU yang berlokasi di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang, Banten ini merupakan PLTU Batu bara pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC).

"Teknologi USC diproyeksikan mampu meningkatkan efisiensi pembangkit 15 persen lebih tinggi dibandingkan non-USC sehingga menurunkan biaya bahan bakar per kWh. Ini sekaligus sebagai mitigasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca," ungkap Agung dikutip dari Antara, Senin (16/12/2019).

Kelebihan lain dari PLTU Jawa 7, sambung Agung, pengoperasian menggunakan SWFGD (Sea Water Fuel Gas Desulfurization). Sistem ini dinilai ramah lingkungan karena penyaluran batu bara dari tongkang menggunakan coal handling plant sepanjang 4 kilo meter sehingga tidak ada batubara yang tercecer hingga coal yard.

Proyek ini memakai bahan bakar batu bara Low Rank yang memiliki nilai kalor 4000 hingga 4600 kCal/kg. Nantinya, pengoperasian PLTU Jawa 7 akan membutuhkan pasokan batubara sebanyak 7 ton per tahun dengan beroperasinya dua unit.

 

Video Terkini