Liputan6.com, Jakarta - PLN menambah personil untuk mempercepat pengoperasian gardu yang terkena banjir di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), sehingga masyarakat bisa mendapat pasokan listrik kembali.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, I Made Suprateka mengatakan, untuk mempercepat proses pemeriksaan, PLN menambah sekitar 100 personil yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Total 3.337 personil diterjunkan untuk melakukan pemeriksaan dan penyalaan kembali gardu-gardu distribusi yang aman.
"Untuk mempercepat, kami juga mendapat tambahan personil dari Jateng dan Jatim. Semua unit PLN sinergi untuk mempercepat penormalan listrik," kata Made, di Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
Sebelum menyalakan aliran listrik, PLN perlu memastikan bahwa gardu, jaringan, dan instalasi pelanggan aman. PLN melakukan inspeksi, pembersihan, pengeringan, dan pengecekan gardu distribusi yang terkena dampak banjir.
PLN akan menyalakan aliran listrik setelah penandatanganan berita acara dengan Ketua RT dan RW atau tokoh masyarakat setempat yang menyatakan instalasi listrik di rumah warga aman.
“Sebelum menyalakan listrik di rumah, warga juga harus berhati-hati, pastikan peralatan listrik di rumah sudah bersih dan kering sebelum digunakan, karena ini juga berpotensi menyebabkan tersetrum,” jelas Made.
Untuk yang wilayahnya masih mengalami pemadaman, PLN juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan genset, memastikan instalasi kelistrikan di rumah kering terlebih dahulu sebelum dialiri listrik.
"Mungkin masyarakat sangat ingin menyalakan listrik, karena listrik PLN belum aman untuk dinyalakan, warga menggunakan genset karena merasa rumahnya sudah aman dari banjir. Padahal instalasi listriknya masih belum aman, ini juga harus diperhatikan, karena berpotensi tersetrum," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Banjir Bandang di Bogor Usai, Listrik Masih Padam
Warga Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bahu membahu membangun jembatan darurat setelah jembatan penghubung di daerah itu terputus.
Jembatan terbuat dari bambu dan batang pohon kelapa ini dilakukan untuk membuka akses warga Kampung Cigowong, Ciasahan, Cikaret, dan Nanggung yang terisolir.
Jembatan satu-satunya yang bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat ini sebelumnya ambruk diterjang banjir bandang akibat meluapnya Sungai Cidurian pada Rabu (1/1/2020) pagi.
"Setelah kemarin kita mapping, pagi tadi kita langsung membuka akses dengan membangun jembatan darurat bersama warga," kata Koordinator Himpunan Ahlusunah untuk Masyarakat Islami (Hasmi), Jarkasih, Kamis (2/1/2020).
Selain bisa mengirimkan bantuan logistik bagi para korban banjir, tim relawan kini bisa mengevakuasi beberapa balita dan lansia yang mengalami sakit. Tak hanya itu, dengan adanya jembatan bambu warga juga bisa keluar masuk kampung tersebut.
"Ada empat bayi dan lansia sekitar enam orang yang sudah berhasil kita evakuasi untuk dibawa ke Puskesmas," terang Jarkasih.
Jarkasih tidak menampik jika jembatan itu sangat belum layak. Karenanya ketika arus sungai kembali meluap, tidak boleh ada yang melintasi jembatan tersebut.
"Ini sifatnya sementara, kalau di hulu hujan tidak ada yang boleh melintas. Sekarang saja kita batasi setiap yang melintas 4 orang. Terpenting hari ini mereka sudah bisa keluar masuk kampung itu," kata dia.
Asminati, warga Kampung Ciasahan bercerita saat kejadian banjir bandang. Kala itu, wilayahnya diguyur hujan deras. Sekitar pukul 08.00 WIB, ia melihat air dari sungai bercampur lumpur mengalir sangat deras dan terus naik ke permukaan tanah.
Tak lama berselang, air masuk ke dalam rumahnya setinggi lutut orang dewasa. Ia bersama suami dan satu anaknya beserta orangtuanya kemudian memilih mengungsi ke rumah saudaranya.
"Saya takut air terus naik, apalagi setelah lihat aliran sungai sangat deras. Pokoknya serem," kata Aminati yang rumahnya berjarak sekitar 20 meter dari Sungai Cidurian.
Meski saat ini akses sudah terbuka, namun aliran listrik di wilayah itu masih padam. Malam ini, warga di sana terpaksa harus menyiapkan lampu penerangan alternatif seperti lilin.
"Dari kemarin listrik belum nyala. Mau masak nasi dan nyetrika jadi sulit. Dari kemarin sore batarai HP mati," turur Indah Lestari warga setempat.
Advertisement
Ribuan Warga Terisolir
Sementar itu, Sekretaris Camat Cigudeg Tirta Juarta menyebutkan, di wilayahnya terdapat tiga desa yang terdampak banjir bandang. Ketiga desa tersebut yakni Desa Bunar, Sukamaju dan Sukaraksa. Wilayah yang terdampak paling parah adalah Desa Sukamaju.
"Di Desa Sukamaju empat kampung terdiri 1.400 KK terisolir karena empat jembatan yang ada termasuk di antaranya jembatan utama, semua putus diterjang banjir," kata dia.
Namun begitu, tidak ada korban jiwa akibat bencana alam di awal tahun 2020 ini. Namun ada satu orang luka akibat tertimpa material saat terjadi longsor. Dan tiga unit kendaraan hanyut terbawa arus.
"Tapi umumnya saat ini korban sudah tertangani. Akses di empat kampung di Sukamaju juga terbuka, sudah dibuat jembatan bambu sehingga masyarakat bisa keluar masuk dan kami bisa menyalurkan bantuan," terangnya.