Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) siap membantu industri kecil menengah (IKM) korban banjir yang melanda Jabodetabek sejak 1 Januari 2020.
“Kami ada anggaran untuk pemulihan daerah bencana. Nanti, setelah kami lihat laporan dari mereka butuh apa saja, kami tindak lanjuti,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih dikutip dari Antara, Sabtu (4/1/2020).
Gati menyampaikan, Ditjen IKMA akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian setempat untuk mendata jumlah IKM yang terdampak bencana banjir termasuk menginventarisir permesinan yang dibutuhkan.
Advertisement
"Nanti sama-sama kita lihat mereka butuh apa, kalau sarana produksi, kami bantu peralatannya 100 persen seperti yang sudah kami lakukan di Lombok, Palu, dan Padang,” ujar Gati.
Baca Juga
Selain itu, Kemenperin juga akan menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk IKM dengan bunga enam persen, yang dapat digunakan untuk membeli bahan baku produksi.
“Sekarang ditambah lagi ada KUR. Kami tawarkan juga KUR sampe Rp 50 juta itu tidak pakai agunan dengan bunga 6 persen. Jadi mereka bisa beli bahan baku atau mesin untuk produksi,” kata Gati.
Menurut Gati, sejumlah sentra IKM di Jabodetabek terdampak banjir, di antaranya sentra IKM tahu tempe di Semanan, sentra konveksi di Tambora, IKM rotan di Grogol, IKM furnitur di Pondok Bambu, sentra makanan ringan di Bandung Barat, dan IKM gula aren di Cigudeg.
“Ada pula IKM yang memproduksi genteng di Lebak dan IKM makanan dan anyaman di Indramayu,” tukas Gati.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenperin Data Dampak Banjir ke Industri
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan bahwa Kemenperin tengah menunggu laporan dari pelaku industri maupun kawasan industri terkait dampak yang terjadi akibat banjir yang melanda Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
“Kalau untuk sektor industri kan kita belum tahu laporannya seperti apa. Masih menunggu laporan dari masing-masing kawasan,” ujar Sigit dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2019).
Dia memprediksi, dampak yang ditimbulkan akibat banjir di Jabodetabek tidak bersifat nasional, sehingga manufaktur masih akan berjalan dengan baik.
Pada prinsipnya, lanjut dia, pembangunan kawasan industri akan memperhitungkan pedoman dan standar teknis kawasan untuk mengantisipasi berbagai peristiwa, termasuk banjir, sejak awal pembangunannya.
“Zona-zona industri biasanya dibangun jauh dari aspek-aspek bencana alam, misalnya banjir dan gempa,” ujarnya.
Dengan demikian, ia meyakini bahwa kawasan industri yang ada akan tetap beroperasi sebagaimana mestinya.
Hal senada disampaikan Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar yang menyampaikan bahwa kawasan industri relatif aman dari dampak banjir.
“Sejauh ini tidak ada anggota HKI yang melaporkan adanya dampak dari banjir terhadap kawasan industri yang dikembangkan,” katanya.
Menurut dia, kawasan industri yang baik memiliki sistem drainase yang sudah diperhitungkan untuk menghadapi banjir.
Advertisement
Sektor Ritel Paling Terpukul Akibat Bencana Banjir
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut bencana banjir yang melanda kawasan Jabodetabek pada awal 2020 ini telah merugikan pengusaha karena kerusakan aset dan penurunan penjualan.
"Kerugian karena banjir bisa dibilang paling parah ada di ritel, karena aktivitas penjualan menjadi sangat terganggu karena banjir,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2020)..
Menurut dia, banyak pusat ritel yang aksesnya tertutup karena banjir, sehingga baik dari penjual maupun pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan perekonomian sebagaimana kondisi normal.
“Ditambah lagi bila banjir sampai masuk ke pusat perbelanjaan,” tukas Shinta.
Selain itu, lanjut dia, untuk sektor perhotelan diprediksi juga terkena dampak, meskipun skalanya relatif kecil, karena pada umumnya penjualan kamar hotel sudah terjadi sebelum masa liburan akhir tahun.
“Namun, ini berdampak pada kenyamanan pengunjung dan turis sehingga dampak kerugian nonmaterinya menjadi besar untuk industri perhotelan,” ujar Shinta.
Pada sektor logistik, kerugian yang diprediksi juga tinggi, karena perusahaan angkutan tidak dapat beroperasi selama sarana transportasi tergenang air.