Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pakar Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Alan Koropitan mengaku kecewa dengan hasil konferensi iklim PBB di Madrid-Spanyol Desember lalu. Sebab, hasil pertemuan internasional tersebut tidak melahirkan solusi yang jelas dalam menangani pemanasan global.
Negara penyumbang emisi terbesar seperti Amerika, Belanda dan Australia bungkam. Sementara negara kecil seperti Indonesia diminta menurunkan kadar emisi.
Pemerintah Indonesia memang sudah melaporkan akan mengurangi emisi hinggap 26 persen. Jumlahnya akan bertambah hingga 46 persen jika mendapatkan bantuan pembiayaan dari dunia internasional.
Advertisement
"Kalau menurunkan emisi bisa mengganggu ekonomi suatu bangsa," kata Alan kepada wartawan, Kamis (9/1/2020).
Baca Juga
Pemanasan global ini kata Alan sangat merugikan industri perikanan. Dari data jurnal sains magazine yang dibacanya, selama 80 tahun terakhir hasil stok ikan di dunia berkurang hingga 4,1 persen. Data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat penurunan hasil ikan secara global berkurang hingga 80 juta ton.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rugikan Nelayan
Dalam situasi tak menentu ini yang dirugikan adalah nelayan. Sebab mereka mengalami ketidakpastian perubahan iklim dan dihadapkan stok perikanan dunia menurun.
Tak ada yang bisa dilakukan nelayan selain beradaptasi dengan alam. Untuk itu, dia mendorong pemerintah melakukan upaya rehabilitasi mangrove.
Mangrove tak hanya bermanfaat untuk memecah gelombang menuju pesisir. Mangrove juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya pembesaran ikan kecil. Akan lebih maksimal jika dikombinasikan dengan budidaya ikan seperti yang telah dilakukan di Muara Gembong, Bekasi-Jawa Barat.
Â
Advertisement
Kembangkan Teknologi Perkiraan Cuaca
Selain itu, dia juga meminta pemerintah mengembangkan teknologi prakiraan cuaca. Dia ingin Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tak hanya mengabarkan cuaca saja. Tetapi mengkombinasikan dengan informasi wilayah tangkapan ikan.
"Kalau ada cuaca ekstrem di sini, lebih baik nelayan melautnya ke wilayah sini, misalnya," kata Alan.
Informasi ini sangat bermanfaat bagi nelayan dengan kapasitas kapal dibawah 10 GT. Agar mereka bisa melakukan antisipasi dari kerugian saat melaut.
Â
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com