Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, mengatakan bahwa kontribusi ekspor produk UMKM masih rendah, yakni sebesar 14,5 persen.
Hal itu ia sampaikan saat mengikuti rapat kerja Komite IV Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), di Kompleks Palemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Baca Juga
Ia pun membandingkan dengan Kementerian Perindustrian, yang memang mengelola usaha besar lebih sederhana, dibandingan kementrian koperasi dan UKM yang pengelolaannya tersebar banyak, sehingga sulit untuk mengendalikannya.
Advertisement
“Kalau kita bandingkan dengan Kementerian perindustrian yang dikelola itu lebih sederhana, karena kelembagaannya besar-besar. Kalau UMKM ini kan kebanyakan tidak dirancang by desain untuk menyebar, usahanya banyak, sehingga kami tidak punya rentang kendali untuk mengurusi itu semua, ke depan kita harus lancar berdasarkan komunitas, sektor, cluster, berdasarkan komoditi dan wilayah,” kata Teten.
Sementara itu, ia juga diminta oleh presiden untuk fokus di sektor riil, terutama untuk ekspor dan impor, ia mengaku diberi tekanan yang lebih dibanding kementrian lain, karena di tengah kelesuan ekonomi dunia yang juga berdampak pada perekonomian nasional.
Maka, pihaknya berencana perlu untuk mengurangi defisit, karena impor produk luar masih jauh lebih banyak daripada ekspor produk UMKM Indonesia.
“Produk UMKM kita memang masih rendah, untuk kontribusi terhadap ekspor baru terdata 14, 5 persen. Bandingkan misalnya dengan negara-negara tetangga Malaysia sudah di atas 20 persen, Vietnam juga sudah hampir 20 persen, sementara Thailand sudah 35 persen, nah kalau dibandingkan dengan Jepang, Jepang produk ekspor nya 55 persen produk UMKM, Korea 60 persen, negara maju seperti Jerman juga sama. Yang paling tinggi ekspor UMKM yaitu negara Cina, Cina itu produk ekspor nya 70 persen adalah produk UMKM,” ungkapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dorong Ekspor UMKM
Kendati begitu, ia mengaku pihaknya memang didorong oleh Presiden Jokowi hingga 2024, agar menggandakan produk ekspor UMKM, dengan memperkirakan sebesar 30 persen. Ia pun akan membidik sektor-sektor mana saja yang memang memiliki potensi ekspor, artinya ada permintaan dari luar negeri.
Lalu pemberdayaan produk UMKM akan dilakukan secara lintas sektoral melibatkan pihak ketiga, yang bertujuan agar pelaku UMKM dengan pelaku usaha besar bisa bermitra, untuk membantu mengembangkan pelaku UMKM memasuki “global value change”.
“Nah untuk menembus ekspor itu tidak mungkin UMKM berdiri sendiri, kami akan mengembangkan kemitraan dengan usaha besar terutama yang sudah masuk global value change, kemitraan ini juga penting dengan perusahaan besar dari berbagai studi UMKM, yang berkembang jadi besar itu memang UMKM yang punya kerjasama dengan perusahaan besar, atau mereka yang pernah bekerja di industri, itu akan tumbuh karena mereka sudah punya mindset industri,” pungkasnya.
Advertisement