Liputan6.com, Jakarta - Kementerian BUMN, kantor tempat Menteri BUMN Erick Thohir bekerja, kembali kedatangan beragam karangan bunga. Jika sebelumnya karangan bunga dikirim dari serikat pekerja Garuda Indonesia, maka kini karangan bunga berasal dari para nasabah Jiwasraya.
Pantauan Liputan6.com, Kamis (16/1/2020), ada sekitar 9 karangan bunga yang terpampang di halaman depan Kementerian BUMN. Pengirimnya beragam, ada yang berasal dari pegawai BUMN, agen dan pemasaran asuransi, nasabah hingga aliansi masyarakat tanpa korupsi.
Salah satu karangan bunga menyebutkan "Demi Nasabah, Kejar Aset Koruptor Jiwasraya, Pak Menteri dan Pak Jaksa!", diketahui berasal dari Masyarakat Transparansi Keuangan Indonesia.
Advertisement
Ada pula, tulisan yang seolah merespon isu pembentukan pansus atau panja DPR untuk menyelesaikan kasus Jiwasraya.
"Kami Butuh Uang Kembali, Bukan Politisasi Seperti Kasus Century. (Tertanda) Aliansi Nasabah Jiwasraya."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sikat Agen Nakal
Kemudian, terdapat tulisan yang mendukung agar Erick terus "menyikat agen nakal" Jiwasraya.
"Erick Thohir, Ayo Sikat Agen Nakal Jiwasraya." Pengirimnya berasal dari Persatuan Agen dan Pemasaran Asuransi Indonesia (PAPAI).
Hingga saat ini, kasus Jiwasraya masih diselesaikan oleh pihak yang berwenang. Sebelumnya, Kejaksaan Agung telah menetapkan 5 tersangka megaskandal yang menyebabkan perusahaan rugi triliunan rupiah.
Advertisement
Beda dengan Jiwasraya, Erick Thohir Pastikan Keuangan Asabri Aman
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kondisi keuangan PT Asabri (Persero) berbeda dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), meski kedua perusahaan itu sama-sama dilanda kasus dugaan korupsi. Menurut dia, kondisi keuangan Asabri masih aman lantaran aset yang dimilikinya masih bagus.
"Likuiditas Asabri dijamin aman. Karena cashflow-nya, asetnya semua masih bagus. Beda dengan Jiwasraya yang sudah sangat, ya gitu," ujar Erick Thohir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Menurut dia, kasus Asabri tersebut lantaran adanya kesalahan penempatan pada instrumen investasi saham. Kendati begitu, Erick mengaku masih menunggu hasil penulusuran dari aparat kepolisian.
"Saya rasa dari Kapolri sendiri sudah mengambil langkah tersendiri, kalau yang hukum-hukum tanya ahlinya jangan ke saya," katanya.
Dia menilai masalah Asabri menandakan bahwa perusahaan tidak mengimplementasikan good corporate governance (GCG) dengan baik. Hal itu, kata Erick, juga terjadi pada Garuda Indonesia dan PT Jiwasraya.
"Sama kalau kita simpulkan, kejadian Garuda, Jiwasraya, itu ujungnya apa? GCG-nya kan," jelas Erick.