Sukses

Perusahaan Ini Daur Ulang Popok Bekas jadi Minyak Bakar

Popok bayi bekas diolah menjadi pokbrick (batu bata dari bahan popok bekas) dan minyak bakar sebagai substitusi minyak tanah.

Liputan6.com, Jakarta - PT Softex Indonesia berkomitmen mendaur ulang popok bekas pakai menjadi sesuatu yang fungsional dan bernilai. Popok bayi bekas akan diolah menjadi pokbrick (batu bata dari bahan popok bekas) dan minyak bakar sebagai substitusi minyak tanah.

Dengan menggunakan mesin hidrotermal yang ramah lingkungan atau tanpa metode pembakaran, popok bekas tersebut diproses menjadi fiber dan plastik terlebih dahulu. Kemudian,fiberdiolah menjadi pokbrick.Sedangkan plastik diolah lagi di mesin pyrolysis menjadi minyak bakar.

Program sustainability ini bentuk kontribusi PT Softex Indonesia kepada masyarakat dan lingkungan dalam mengurangi limbah popok.

“PT Softex Indonesia percaya bahwa kesuksesan perusahaan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan bisnis, tetapi juga harus diimbangi dengan program yang dapat membantu masyarakat dan lingkungan," ujar Direktur PT Softex Indonesia, Djali Halim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Dalam program sustainability ini, PT Softex Indonesia bekerjasama dengan Guna Olah Limbah (GOL) selaku perusahaan teknologi pengolahan limbahberbasis riset. Nantinya, mesin hidro termal yang dapat mengolah popokbekas pakai menjadi pokbrick dan minyak bakar itu akan ditempatkan di Bank Sampah Bersinar.

Selain dengan komunitas, PT Softex Indonesia jugabekerja sama dengan Day Care Galenia, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)Limijati, Paskal Mall, dan PVJ Mall sebagai tempat pengumpulan sampah popok.

Program ini merupakan program lanjutan dari program sustainability sebelumnya yang sudah dijalankan di Tangerang dan diresmikan pada 8 Oktober 2019 lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Daur Ulang Jadi Solusi Selesaikan Masalah Sampah Plastik

Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) menyatakan, pengelolaan limbah merupakan solusi dalam penanganan sampah plastik. Salah satunya melalui daur ulang sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai tambah tinggi.

Ketua Umum Adupi Christine Halim mengatakan, pengelolaan sampah plastik merupakan langkah yang tepat. Sementara pencemaran lingkungan yang terjadi akibat sampah plastik seiring kebiasaan masyarakat yang membuang sampah plastik sembarangan dan tidak mengelolanya secara baik.

"Diperlukan program edukasi dan budaya di masyarakat untuk pengumpulan, pemilahan dan pembuangan sampah plastik pada tempatnya," ujar dia di Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Selain itu, lanjut dia, kebijakan pelarangan plastik di sejumlah daerah juga perlu ditinjau ulang. Pelarangan bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah plastik.

"Kebijakan pelarangan tidak dipertimbangkan dampak holistik dengan kajian keilmuan yang telah dipublikasikan," kata dia.

Sementara Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong mengatakan saat ini ada 3,7 juta orang di 25 provinsi bergantung pada sampah plastik dan sampah daur ulang lain dalam mencari nafkah.

"Pengurangan atau pelarangan plastik sudah pasti akan mengurangi pendapatan pemulung. IPI mengharapkan adanya sirkulasi ekonomi daur ulang ditingkatkan, khususnya pada kantong plastik kresek agar ada peningkatan pendapatan pemulung," ujar Polly.

Selain itu, Polly juga menilai adanya pemberlakukan kantong plastik kresek berbayar di supermarket atau minimarket hanya menguntungkan peritel, tetapi di sisi pemulung pendapatannya tidak mengalami kenaikan.

"Pemerintah seharusnya memberlakukan harga daur ulang ditingkatkan, agar makin semangat pemulung untuk mencari kantong kresek, supaya dapat meningkatkan pendapatan pemulung. Sehingga dapat sejahtera dan hidup layak," tandas dia.