Liputan6.com, Jakarta Alphabet selaku perusahaan induk dari Google berhasil menembus kapitalisasi pasar (market cap) senilai USD 1 triliun. Ini membuatnya menjadi perusahaan keempat yang meraih pencapaian tersebut setelah Apple, Amazon dan Microsoft.
Pencapaian ini adalah kelanjutan dari penunjukan Sundar Pichai sebagai CEO Alphabet, menggantikan Larry Page yang secara mengejutkan mundur pada Desember 2019 lalu bersama presiden sekaligus pendiri Alphabet, Sergey Brin.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari laman CNBC.com, Jumat (17/1/2020), Pichai sebelumnya telah menjadi CEO Google yang mencakup semua bisnis inti perusahaan, termasuk pencarian iklan, Youtube, dan Android.
Namun, kemudian dia mengusulkan kepada Larry Page membuat taruhan jangka panjang untuk bereksperimen dalam teknologi, seperti membuat mobil self-driving dan drone pengiriman paket.
Usulan tersebut pada akhirnya membuat Pichai punya seluruh tanggung jawab kendali pada Alphabet, meskipun Larry Page dan Sergey Brin masih memiliki kendali atas sebagian besar voting saham perusahaan.
Sikap optimistis juga terpancar dari pertumbuhan perusahaan dalam bisnis cloud-nya. Meskipun masih jauh berada di belakang Amazon dan Microsoft, Alphabet berhasil menggandakan laju pendapatan dari USD 1 miliar menjadi USD 2 miliar pada periode waktu Februari antara Februari 2018 dan Juli 2019.
Perusahaan berharap pertumbuhan serupa bisa terjadi di tahun mendatang lantaran telah mempersiapkan amunisi, seperti memperbesar penjualan hingga tiga kali lipat dan meningkatkan segmen Google Cloud Health.
Namun, bisnis perusahaan menghadapi beberapa tantangan karena bertentangan dengan masalah kepercayaan.
Â
Harga Saham
Pada Desember 2019, Stifel menaikkan target harga saham untuk Alphabet dari USD 1.325 menjadi USD 1.525, atau melonjak 14 persen.
Saham induk usaha Google ini kemudian meninggi hampir 1 persen setelah Bank of America menaikkan target harga sahamnya pada Januari ini, dengan melihat bisnis periklanan Alphabet yang sehat sebagai faktor utama.
Semua pencapaian tersebut bertolak belakang dengan yang terjadi pada musim semi tahun lalu, di mana Alphabet menutup hari terburuknya sejak April 2010 usai melaporkan angka iklan yang melambat.
Itu berakibat pada nilai saham Alphabet yang turun 7,5 persen, menjatuhkan kapitalisasi pasar lebih dari USD 67 miliar.
Akibat buruk yang terjadi pada kuartal tiga tahun lalu tersebut juga membuat nilai saham perseroan turun sekitar 4 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, meskipun kemudian bisa kembali pulih 2 persen.
Persoalan lainnya, Alphabet juga harus menghadapi sejumlah permasalahan budaya, termasuk investigasi terbaru oleh Dewan Hubungan Nasional Perburuhan Amerika Serikat hingga pemeriksaan antimonopoli.
Dengan nilai valuasi sebesar USD 620 miliar, Facebook tampaknya jadi pesaing utama Alphabet dalam mempertahankan posisi sebagai perusahaan teknologi yang punya kapitalisasi pasar di atas USD 1 triliun.
Advertisement