Sukses

Wawancara Dirut Elnusa: Kami Mulai Masuk ke Energi Ramah Lingkungan

Berikut wawancara khusus Liputan6.com dengan Direktur Utama PT Elnusa Tbk Elizar P. Hasibuan, tentang strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan di industri migas.

Liputan6.com, Jakarta PT Elnusa Tbk (ELSA) mengawali kiprahnya sebagai pendukung operasi PT Pertamina (Persero) sejak tahun 1969. Ini merupakan perusahaan nasional yang berkompetensi di bidang jasa minyak dan gas bumi, antara lain jasa seismic, pengeboran dan pengelolaan lapangan minyak.

Tentu, sebagai bagian dari anak usaha PT Pertamina, Elnusa terus mengembangkan bisnisnya. Dengan klien dari perusahaan nasional maupun internasional, pengembangan bisnis menjadi kewajiban yang tak bisa ditawar lagi.

Apalagi usai Elnusa, pada Oktober 2007, melakukan restrukturisasi menjadi perusahaan pertama Indonesia yang memberikan layanan hulu migas terpadu (Integrated Upstream Oil and Gas Services Company). Ditambah, keputusan perusahaan untuk melatntai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Februari 2008.

Pencapaian kinerja perusahaan pun terus menunjukkan hasil. Berdasarkan catatan, per kuartal III-2019, pendapatan ELSA naik 27,64 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 5,91 triliun. Adapun laba bersih perusahaan kala itu tumbuh 7,90 persen (yoy) menjadi Rp 238,26 miliar.

Lalu apakah Elnusa cukup dengan pencapaian saat ini, serta apalagi langkah perusahaan untuk terus memperkuat lini bisnis migas di Indonesia hingga mancanegara. Apalagi di tengah berbagai kondisi nasional maupun internasional saat ini.

Berikut wawancara khusus Liputan6.com dengan Direktur Utama PT Elnusa Tbk Elizar P. Hasibuan, tentang strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan di industri migas saat ini: 

Bisa dijabarkan pencapaian Elnusa dari sisi kinerja produksi dan keuangan sepanjang 2019?

Pencapaian Elnusa Tbk di 2019, kami rasa sangat baik. Dari sisi capaian revenue, kami bisa membukukan di angka Rp 8,4 triliun dari tahun sebelumnya Rp 6,6 triliun. Dan dari sisi margin, dari angka Rp 276 miliar, sekarang kita bisa mencapai angka Rp 356 miliar. 

Angka ini diperoleh dari lini bisnis di upstreamdan downstream, serta di business support yang mendukung kedua bisnis upstream ataupun downstream.

Bagaimana dengan target Elnusa pada tahun ini?

Pada tahun 2020, targetnya tentu kita sesuaikan dengan capaian kita sebelumnya di 2019. Di angka-angka yang kami tetapkan itu, menurut kami sudah menyesuaikan dengan prospek bisnis yang ada, yang bisa Elnusa capai. 

Jadi, angka-angka daripada revenue itu kami rencanakan di angka Rp 9,1 triliiun dan juga angka daripada profit itu juga di atas angka Rp 400 miliar.

Kembali kami fokus kepada bisnis-bisnis yang kami geluti, baik di kegiatan hulu, downstream maupun di support.

Seiring memanasnya konflik Iran dan Amerika, apakah akan berpengaruh pada kinerja Elnusa? 

Berpengaruh tidaknya, saya rasa tidak langsung ya. Konflik geopolitik yang ada bagi kami tidak secara langsung (berpengaruh). Jadi kami melihat membaiknya harga minyak tidak serta merta meningkatkan harga-harga sewa yang ada.

Karena ini memang satu hal yang logis karena dituntut adanya efisiensi. Dan peluangnya lebih kepada perkembangan yang terjadi di Indonesia. Pada dasarnya, market kami sekitar 76 persen adalah dengan Pertamina, jadi lebih dipengaruhi oleh rencana kerja yang ada di Pertamina. 

Saat ini kan pemerintah sedang ingin menggenjot produksi minyak, lalu sebagian ladang sumur minyak di Indonesia sudah tua. Bagaimana strategi Elnusa untuk mengatasi tantangan tersebut? 

Ya, memang ini suatu tantangan yang besar, tidak hanya buat Elnusa tapi juga untuk dari para pengelola lapangan-lapangan minyak atau blok migas yang ada di Indonesia.

Karena seperti yang kita ketahui, cadangan-cadangan yang diolah ataupun diusahakan saat ini umurnya sudah lama dan ini akan memasuki tahapan-tahapan secondary bahkan recovery. 

Nah, ini tentunya akan semakin sulit karena untuk mendapatkan atau menaikkan hidrokarbon, baik dalam bentuk minyak maupun gas itu diperlukan upaya-upaya lebih keras dan tentunya juga konsekuensi teknologi yang digunakan.

Elnusa tentunya harus meningkatkan kapabilitasnya, kapasitasnya, dan juga inovasinya. Karena hanya dengan inovasi dan kreativitas kita bisa menjawab tantangan tersebut.

Dan salah satu upaya dari Elnusa adalah kami berkolaborasi dan bekerja sama dengan International Technology Provider. 

Kami juga melakukan kerja sama-kerja sama agar transfer knowledge dan transfer technology nya itu bisa terjadi. Nah, ini lah cara-cara Elnusa untuk bisa menjawab tantangan terhadap lapangan-lapangan migas yang sudah tua.

Tidak hanya itu, kami juga berusaha bekerja lebih dini (early involvement) dengan para pengelola blok migas ini, sehingga sejak awal kami bisa mengetahui kesulitan yang dihadapi.

Kami bisa berikan masukan terhadap upaya-upaya pemilihan teknologi, metode-metode yang akan digunakan, chemical yang tepat agar memperpendek waktu penyelesaian projek-projek itu. Karena biaya tinggi itu, salah satu penyebabnya adalah lamanya proses perencanaan. Ini yang kita coba untuk bisa menyingkatkannya.

Penggunaan teknologi dan pada saat eksekusi projek tersebut pun juga begitu. Kami juga meningkatkan kemampuan agar Elnusa bisa lebih efisien.

 

 

Kali ini berkaitan dengan energi ramah lingkungan. Bagaimana langkah Elnusa berkaitan dengan hal ini. Apalagi migas selama ini memiliki terkesan sebagai industri yang tidak ramah lingkungan?

Ini isu yang sudah lama berkembang, bahkan juga dikenal dengan disrupted ya, tetapi kami melihat ini dari bagaimana (cara) pertamina juga.

Dan awal awal ini, kementerian ESDM menyikapi pergeseran antara energi kotor dan energi bersih. Kalau bagi Elnusa, juga sudah menyiapkan diri untuk  berhadapan dengan kondisi ini, tetapi energi migas tetap akan dibutuhkan Indonesia paling tidak 10-15 tahun ke depan.

Jadi kami masih akan berkonsentrasi di dalam dunia migas, tetapi juga perlahan- lahan kami mulai menyiapkan kemampuan daripada Elnusa untuk masuk kepada energi-energi alternatif tersebut.

Sebagai contoh, kami juga mendukung penuh di proyek proyek geothermal energy. Dan dengan geothermal juga, kami banyak melakukan berbagai hal inovasi sehingga bisa meningkatkan kemampuan energi geothermal untuk dapat menyumbangkan salah satu energi alternatifnya. 

Pemerintah memberikan kelonggaran yang tadinya dua speed kemudian jadi dilonggarkan kembali. Nah, tanggapan Elnusa soal ini?

Ya, ini skema cost recovery, maupun cross blade ini adalah program pemerintah. Jadi, kalau Elnusa menyikapinya, apa yang sudah diputuskan pemerintah tentunya baik buat negara ini dan ini kembali kepada para perusahaan, apakah akan memilih mekanisme cost recovery atau cross blade.

Tentunya itu kan terkait dengan perhitungan keekonomian risiko yang mereka hadapi sehingga mitigasinya apakah mereka memilih cost recovery atau cross blade.

Dari sisi Elnusa, hal ini tidak terlalu menjadi concern terlalu berlebihan, yang penting bagi kami bagaimana bisnis migas ini tetap berjalan secara cepat dan secara governess.

Dan terlebih lagi, ini dengan tingkat keenomian yang paling pas, yang paling tepat karena keduanya harus tumbuh, produsen migas tumbuh,  jasa penunjang migasnya juga harus tumbuh, dan jasa penunjang ini selayaknya dibangun di Indonesia.

Jadi, jangan karena cross blade nanti orang luar yang masuk kemudian menjalankan. Saya rasa ini program yang harus kita dukung, tetapi kalau menurut kami Elnusa (sudah cukup) terbuka. Kami menginginkan satu adanya pertumbuhan kapabilitas dan kapasitas nasional dalam usaha jasa penunjang migas itu sendiri. 

Pertanyaan terakhir pak, apa yang diharapkan Elnusa untuk pemerintah agar bisa mendorong memperbaharui industri migas nasional?

Wah, ini tidak mudah juga ya menjawab ini. karena kalau harapan Elnusa sebetulnya kita bagaimana kepastian untuk bisa menjalankan usaha jasa penunjang migas ini sehingga bisa bertumbuh berkembang secara lebih pasti.

Ya, karena banyak faktor terlibat didalamnya, masalah kecepatan di dalam proses-proses perencanaan, proses perijinan, kemudian pada pelaksanaan banyak hal yang terkait.

Kita sangat mendukung omnibus law yang dibuat sehingga peraturan-peraturan yang tumpang tindih itu bisa diharmoniskan agar usaha migas ini bisa tumbuh dengan sehat. Dan sekali lagi, bisnis migas adalah bisnis yang padat modal.

Kami menghadapi resiko untuk high investment risk, kemudian juga kami berhadapan dengan high safety risk.

Tingkat kecelakaannya yang cukup besar karena kalau terjadi itu risiko biaya yang harus dikeluarkan sangat minim, dan kami juga sudah melihat bahwa pemerintah melihat kondisi tersebut.

Tentunya kami mendukung semua upaya upaya pemerintah agar bisnis migas dan usaha jasa penunjang migasnya bisa tumbuh dengan sehat, tidak hanya dalam negeri, karena Elnusa juga ingin go international overseas.

Dan kami melihat peluang ini sangat besar dan sebelum lebih terlambat lagi, kami sangat berharap pemerintah mendukung upaya upaya Elnusa untuk go overseas.

Simak wawancara lengkapnya dalam video berikut ini: