Liputan6.com, Jakarta Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Kontribusi dalam hal penyediaan pangan bagi 237 juta penduduk Indonesia, penyediaan bahan baku industri, peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyediaan lapangan kerja merupaka aksi nyata sektor pertanian terhadap pembangunan.
Untuk itu, di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menetapkan program aksi melalui kegiatan :
Baca Juga
1. Gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (5.640 Kostratani) yang berfungsi sebagai pusat pembangunan pertanian di kecamatan.
Advertisement
2. Penyerapan 50 juta tenaga kerja pertanian serta penumbuhan 2,5 juta Pengusaha Pertanian Millenial.
3. Swasembada pangan dan peningkatan ekspor.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi pada pembukaan Rapat Koordinasi Teknis Pendidikan Vokasi Pertanian Tahun 2020 mengatakan bahwa berbagai program dilakukan oleh kementan mulai dari Kostratani, Pertanian Masuk Sekolah, Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor, Peningkatan Inovasi Teknologi, Gedor Horti dan lainnya.
Bagaimana BPPSDMP menyikapi itu?
"Kita harus mensupport melalui pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi harus mampu mencetak sumberdaya manusia (SDM) pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing. kita punya 6 Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), 1 Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI), 3 Sekolah Menengah Pembangunan Pertanian (SMKPP) yang mampu melahirkan qualified job seeker dan qualified job creator," papar Kabadan.
Langkah Nyata Pusdiktan
Prof Dedi menegaskan agar pendidikan vokasi menjadi world class university. sehingga, Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) menilai 3 strategi untuk mendukung 3 program utama Kementan dan 3 langkah nyata yakni :
1. Kerja keras
2. Fokus kepada tupoksi yakni Pendidikan vokasi
3. Update Kemampuan
"Kita sudah harus meninggalkan budaya kerja yang lambat. Tantangan dunia pertanian kedepan harus kita sikapi dengan tepat dan cepat. Kita harus fokus untuk melahirkan SDM pertanian mulai dari Dosen, Widiiswara, Mahasiswa dan alumni yang mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini kita sudah masuk dalam era 4.0 dimana dunia ada dalam genggaman," ujar Dedi.
Begitupun dalam menjalankan usaha tani, alat mekanisasi pertanian kata Dedi dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan jumlah produksi.
"Mahasiswa polbangtan dan alumni harus menjadi perintis dan penyambung kebijakan pertanian. Tak hanya itu raih nilai tambah melalui proses pengolahan dan packaging yang baik" tambah Kabadan.
Di tangan BPPSDMP lah tanggung jawab terbesar berada yakni lahirnya Petani-petani milenial yang maju, mandiri dan modern. Petani milenial harus menguasai market intelijen yang baik. Oleh karena itu aparatur dan eksekutor pertanian baik dipusat dan daerah hingga di kecamatan harus ditingkatkan. Bangun secara masif petani dan pengusaha pertanian millenial.
"Mereka yang akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan pertanian, kunci keberhasilan pembangunan pertanian ada di petani milenial. Bila petani milenial mampu mandiri, maju, modern, inovatif dapat dipastikan bahwa pembangunan pertanian akan cepat terwujud"tegas Prof Dedi mengakhiri sambutannya.
Pada acara yang berlangsung selama 3 hari (19-21 Januari 2020 di Hotel Arch Bogor hadir Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti, Direktur Polbangtan seluruh Indonesia, Pejabat eselon III dan IV lingkup Pusdiktan.
Â
(*)
Advertisement