Sukses

Miliarder Pendiri Lotte Group Shin Kyuk-ho Meninggal di Usia 98 Tahun

Pendiri Lotte Group Shin Kyuk-ho mampu mengembangkan bisnis dari bisnis permen karet menjadi kerajaan bisnis yang menggurita.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder asal Korea Selatan pendiri Lotte Group Shin Kyuk-ho meninggal pada hari Minggu waktu Setempat di usia 98 Tahun. Shin Kyuk-ho mampu mengembangkan bisnis dari bisnis permen karet menjadi kerajaan bisnis yang menggurita.

Mengutip CNN, Senin (20/1/2020), kematian Shin menandai berakhirnya sebuah era. Sebelum meninggal, dia merupakan satu-satunya pendiri tunggal lima konglomerat raksasa yang dikelola keluarga. Kelima raksasa bisnis tersebut adalah Hyundai, LG, Lotte, Samsung, dan SK.

Shin lahir di kota tenggara Ulsan pada 1921 dan kemudian pindah ke Jepang. Ia mencari peruntungan di negara tersebut.

Shin mulai bisnis mengirim susu dan surat kabar sebelum mendirikan perusahaan produksi minyak pada 1944. Bisnis itu berakhir dengan tiba-tiba setelah dibom oleh pesawat tempur AS pada awal Perang Dunia II.

Shin kemudian mendirikan Lotte pada 1948 setelah melihat sangat populer permen karet oleh pasukan AS yang ditempatkan di Jepang. Dia kemudian memperluas perusahaan ke negara asalnya, mendirikan Lotte Confectionary di Korea pada 1967.

Lotte kemudian menjadi salah satu perusahaan yang dikelola keluarga terbesar di Korea Selatan. Berbagai bisnis multinasional meliputi permen, ritel, taman hiburan, hotel, dan konstruksi.

Aset Lotte termasuk tim bisbol profesional, Lotte Giants, New York Palace Hotel di Madison Avenue, dan gedung tertinggi Korea Selatan, Lotte World Tower dengan 123 lantai.

Federasi Industri Korea memuji Shin sebagai pelopor yang membantu membangun kembali Korea Selatan pascaperang. "Dedikasi Shin berinvestasi Korea Selatan usai perang, meletakkan dasar bagi ekonomi nasional," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.

 

2 dari 2 halaman

Pertikaian Keluarga

Namun, seperti kerajaan bisnis keluarga lainnya, warisan Shin dinodai oleh pertikaian keluarga, tuduhan dan tuduhan korupsi yang meluas, dan meningkatnya kecaman di kalangan orang Korea Selatan tentang pengaruh besar yang dimiliki oleh para konglomerat yang dikelola keluarga.

Pada 2015, putra Shin terlibat dalam perang korporasi untuk mengambil alih kendali Lotte. Putra bungsunya, Shin Dong-bin, akhirnya menang.

Akan tetapi, pertengkaran itu menarik perhatian jaksa Korea Selatan, dan tuduhan korupsi segera muncul. Pada 2017, Shin, putranya Dong-bin dan beberapa anggota keluarga lainnya didakwa melakukan penggelapan pajak, penggelapan, dan transaksi bisnis ilegal.

Pengadilan Korea Selatan akhirnya menghukum Shin, yang saat itu berusia 95 tahun, empat tahun penjara, tetapi mengizinkannya tetap bebas karena kesehatannya yang memburuk, menurut laporan media setempat.