Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Anggito Abimanyu mengaku belum bisa memastikan berapa penyesuaian biaya ongkos jemaah haji untuk tahun ini. Sebab, sejauh ini biaya haji ditetepkan oleh pemerintah masih Rp 35 juta per orang.
"Kami tidak dalam posisi untuk membahas (penyesuaian biaya) ini," kata dia di Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Baca Juga
Anggito mengatakan, BPKH sendiri hanya dalam kapasitas memberikan masukan hingga usulan saja kepada pemerintah dan DPR terkait dengan biaya berjalanan haji. Selebihnya, kedua lembaga tersebut yang akan menetapkan biaya haji.
Advertisement
"Kami hanya memberikan masukan saja. Kami untuk konsumsi internal saja. Kami tidak menyampaikan ke publik karena itu kan internal sifatnya," katanya.
Sebelumnya, Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj menyebut bahwa banyak faktor yang membuat biaya haji harus naik 2020 ini. Salah satunya yaitu naiknya biaya penerbangan yang menyita 60 persen dari biaya haji yang dianggarkan.
Oleh karena itu, dia meminta pemerintah tidak bermain aman dengan tidak menaikkan ongkos haji 2020 untuk mendapatkan popularitas.
"Jika pemerintah ingin selalu posisi aman dan mengambil putusan populer maka struktur keuangan haji bisa timpang, tergerus dan berbahaya," kata Mustolih Siradj di Jakarta.
Dia berpendapat, kenaikan biaya riil haji, tidak diiringi dengan kenaikan biaya direct cost. Sedangkan hal ini berdampak pada peningkatan tajam pada penggunaan nilai manfaat untuk menutup biaya rill yang diperlukan.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Indeks Kepuasan Haji 2019 Naik, Menag Ucap Syukur
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto melaporkan jika Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) 1440H/2019M naik menjadi 85,91 dan masuk dalam kategori sangat memuaskan . Ini merupakan capaian tertinggi sepanjang dilakukannya Survei Kepuasan Jemaah Haji Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 2010 bahkan sepanjang sejarah perhajian di Indonesia.
Capaian ini meningkat 0,68 poin dibandingkan IKHJI 2018 lalu yang berada pada angka 85,23. Angka ini bahkan melampaui target kepuasan jemaah yang ditetapkan Kemenag pada Rakernas 2019, yaitu sebesar 85,30.
Raut wajah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuai baik hasil indeks tersebut. Capaian ini berhasil diperoleh di masa yang menurutnya menjadi tahun paling menantang dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji.
"Hasil ini amat kami syukuri. Karena tahun ini adalah tahun paling menantang. Kita ingat, tahun ini adalah untuk pertama kalinya Indonesia memberangkatkan jemaah haji dengan jumlah terbesar sepanjang sejarah perhajian, bahkan dunia," kata Menag, di Kantor BPS, Kamis (17/10/2019).
Ia menyebutkan, tak kurang dari 231 ribu jemaah haji Indonesia diberangkatkan ke Tanah Suci pada musim haji 1440H/2019M.
"Dan perlu diingat, kita mendapatkan tambahan kuota 10 ribu ketika kami hampir menyelesaikan persiapan haji. Akibatnya, kita harus melakukan konfigurasi ulang seluruh layanan," ungkap Menag yang akan mengakhiri masa tugas pada 20 Oktober mendatang.
Hal ini menurutnya menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Menag pun bersyukur serta mengapresiasi semua pihak yang telah berperan serta menyukseskan terselenggaranya prosesi ibadah haji dengan baik.
"Sekali lagi, Alhamdulillah kita bersyukur bahwa semua itu bisa dilalui, dan jemaah puas dengan layanan yang diberikan," kata Menag.
Menag mengungkapkan dalam catatannya terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji di musim ini.
Untuk faktor internal, ia mencatat tiga hal yang mempengaruhi keberhasilan pelayanan haji. Pertama, pemerintah dalam hal ini seluruh kementerian dan lembaga terkait memiliki komitmen yang tinggi mengusung kebersamaan.
"Kami tidak mengusung bendera masing-masing.Ketika sudah tiba di tanah suci maka kami tidak melihat lagi apakah itu Kemenag, Kemenkes, atau Kementerian lainnya. Saat itu kita sudah merah putih, kita Indonesia," kata Menag.
Seluruh Petugas yang berasal dari berbagai kementerian/lembaga termasuk Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal, pada saat penyelenggaraan haji menurut Menag langsung melebur dalam satu komando dan kesatuan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh jemaah haji Indonesia.
Faktor kedua yang mendukung keberhasilan adalah dedikasi petugas-petugas haji Indonesia yang luar biasa. "Secara keseluruhan saya melihat bagaimana dedikasi dan komitmen petugas haji Indonesia di lapangan amat luar biasa. Ini patut diapresiasi," kata Menag.
Namun, ia pun tidak menutup mata bila dalam catatan survei BPS terdapat kekurangan di beberapa titik petugas haji. Salah satunya, kemampuan Karu dan Karom dalam memberikan pelayanan. "Ini tentu menjadi catatan kami untuk kemudian dilakukan perbaikan. Tapi secara keseluruhan, saya melihat petugas haji memiliki peran dalam menyukseskan penyelenggaraan haji tahun ini," ungkap Menag.
Ketiga, faktor internal yang tak kalah penting adalah jemaah haji Indonesia yang cukup tertib. "Ketertiban jemaah haji kita ini bahkan sudah diakui oleh negara lain termasuk Arab Saudi. Karena tertibnya jemaah kita, ini memudahkan kami sebagai petugas untuk mengatur pergerakan jemaah, dan sebagainya," kata Menag.
Advertisement