Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa waktu lalu merevisi tingkat pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3 persen untuk 2020. Angka ini turun 0,1 persen dari prediksi IMF pada Oktober 2019.
Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, tak banyak berpengaruh pada industri properti di Indonesia. Khususnya perumahan sederhana yang sedang gencar dibangun pemerintah lewat Program Sejuta Rumah (PSR).
Advertisement
Baca Juga
Plt. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Properti Setyo Maharso mengatakan komponen dalam pembangunan perumahan sederhana tidak bergantung pada barang impor. Sebaliknya, dalam industri properti ini melibatkan 174 industri, seperti pembuat batu bata.
"Rumah sederhana komponennya tidak besar dari impor, tapi pakai produk lokal," kata Setyo di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2020).
Ekonomi yang digerakkan oleh rakyat adalah sumber kekuatan perekonomian Indonesia. Contohnya kata Setyo pada krisis 1998, industri properti anjlok lebih dulu. Tetapi industri ini juga yang bangkit dengan cepat di awal 2000.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Banyak yang Belum Bisa Akses
Hanya saja, lanjut Setyo, perumahan belum bisa diakses dengan mudah bagi masyarakat yang tidak memiliki pendapatan tetap. Misalnya para pedagang kecil seperti penjual bakso, mie ayam dan sejenisnya.
Secara kemampuan, para pedagang sejenis mampu membayar cicilan untuk rumah bersubsidi. Hanya saja, mereka tersandung mekanisme perbankan.
Untuk itu dia merasa perlu meminta saran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mencari jalan tengahnya. Sehingga memudahkan perbankan untuk memfasilitasi masyarakat dengan penghasilan tidak tetap. Setyo meyakini, industri properti tidak akan bergeming ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Kami berharap pertumbuhan ekonomi yang diharapkan 5,3 oleh pemerintah masih bisa terjaga," ungkap Setyo.
Advertisement