Sukses

Bukalapak Kenalkan Inovasi Terbaru Lewat Buka Pengadaan

Bukalapak menambah lini bisnisnya lewat e-procurement yang bernama Buka Pengadaan.

Liputan6.com, Jakarta - Bukalapak memperkenalkan layanan terbarunya yaitu Buka Pengadaan yang menjadi solusi pengadaan digital bagi kebutuhan korporasi, UMKM, dan pemerintah. Ini adalah salah satu bentuk inovasi BukaLapak dalam memprediksi peluang pasar yang dibutuhkan di era sekarang.

“Buka Pengadaan melihat peluang market dengan adanya e-procurement, yang dulunya menggunakan Invoice konvensional menjadi digital. Hal ini adalah sebuah evolusi yang mempermudah,” ujar Head of Marketing Strategy & Operation Andry Jachja di Jakarta (23/1).

Layanan ini untuk mendukung korporasi mampu bersaing di era industri 4.0 yang mengutamakan digitalisasi dalam pengelolaan operasional maupun administrasi bisnis, khususnya dalam kegiatan pengadaan atau tender.

“E-procurement yang kami ciptakan lewat Buka Pengadaan ini memudahkan korporasi atau swasta dalam melakukan proyek. Hal ini dapat mengurangi risiko kecurangan dalam pengadaan barang, karena kami unggul sekali dalam hal transparansi,” tambah Andry

Salah satu yang menjadi kekuatan Buku Pengadaan adalah integrasi dengan platform marketplace Bukalapak dan Quasi Retail. Hal ini membuat Buka Pengadaan terhubung dengan 5 juta pelapak yang menjual 80 juta jenis produk.

Dengan ini, Buku Pengadaan mampu memenuhi seluruh kebutuhan pengadaan dari korporasi, baik pelaku bisnis maupun pemerintah dengan layanan yang cepat dan harga yang mampu bersaing.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bukalapak Ingin Jadi Perusahaan yang Bertahan Sampai 100 Tahun

Bukalapak telah berusia 10 tahun. Perusahaan rintisan yang mulanya dibesut untuk menaikkelaskan para pedagang UMKM ini menjadi salah satu perusahaan unicorn Tanah Air.

Unicorn merupakan sebutan untuk startup yang memiliki nilai valuasi di atas satu miliar dolar AS. Menurut CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, hanya ada 433 perusahaan di dunia yang menjadi unicorn, decacorn, dan hectocorn.

Namun, impian Bukalapak sebagai perusahaan teknologi lokal tidak berhenti hanya sebatas menyandang status unicorn.

Rachmat Kaimuddin punya visi jangka panjang, yakni bisa bertahan hingga lebih dari usia 100 tahun. Saat ini, kemungkinan sebuah perusahaan bisa bertahan hingga 100 tahun hanya 0,00045 persen di dunia.

"Setelah melewati milestone 10 tahun dan jadi unicorn, yang kami ingin capai berikutnya adalah menjadi bagian dari 0,00045 persen perusahaan yang masih ada 100 tahun lagi," kata Rachmat saat Perayaan 10 Tahun Bukalapak di Kawasan Lebak Bulus, Jakarta, Jumat (10/1/2019).

Untuk mencapai tujuan di atas, Rachmat mengatakan perusahaan akan fokus pada tiga hal.

Pertama, memastikan Bukalapak jadi organisasi yang sustainable, memperluas jangkauan UMKM, dan menjadikan perusahaan tempat bagi talenta-talenta kebanggaan Tanah Air untuk berkarya.

Sekadar informasi, Bukalapak kini memiliki 70 juta pengguna aktif dengan 5 juta pelaku UMKM sebagai merchant dan 3 juta mitra.

Per 2019, Bukalapak juga mencatatkan catatan keuangan yang baik dengan valuasi perusahaan mencapai USD 2,5 miliar.

Tidak hanya itu, jumlah transaksi di Bukalapak meningkat 60 persen. Dengan 70 juta pengguna aktif, jumlah kunjungan aplikasi Bukalapak mencapai lebih dari 420 juta kali per bulan.