Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan Bank Indonesia memperkirakan inflasi month to month 0,42 persen. Hal itu berdasarkan survei pemantauan harga hingga minggu bulan ke empat Januari.
"BI memperkirakan inflasinya 0,42 persen month to month," kata Perry di Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Perry menyebut inflasi 0,42 persen ini lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir yakni 0,64 persen. Sedangkan secara tahunan, lanjut Perry inflasi diperkirakan 2,82 persen.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa tekanan harga diantaranya musim hujan yang berpengaruh pada panen sejumlah bahan pangan. Misalnya cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan beberapa sayuran. Sementara penyumbang deflasi yaitu angkutan udara, bensin dan ayam.
Perry menambahkan inflasi 0,42 persen ini memang lebih rendah dari histori perkiraan. Hal ini katanya mengkonfirmasi bahwa inflasi tahun ini 3 persen plus minus 1 persen.
"Jadi kita perkirakan di sekitar 3 persen," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani Klaim Inflasi 2019 Terendah dalam 20 Tahun
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyambut baik capaian inflasi sepanjang 2019 yang berada di angka 2,72 persen. Angka ini berada jauh di bawah target pemerintah yang ditetapkan sebesar 3,5 persen dalam APBN 2019.
"Inflasi kita masih relatif sangat baik. Bahkan ini inflasi terendah sepanjang 20 tahun terakhir," kata dia saat konferensi pers APBN Kita di Kantornya, Jakarta, Selasa (7/1/2019).
Menteri Sri Mulyani mengatakan, capaian ini didukung oleh inflasi di komponen inti yang terjaga masih di kisaran 3 persen. Di mana ini menunjukan bahwa keseimbangan penawaran dan permintaan serta ekspetasi inflasi yang positif baik.
"Ini juga mendukung daya beli masyarakat yang terjaga di atas 5 persen," imbuh dia.
Sementara, itu harga yang diatur pemerintah juga terkendali lebih rendah dibandingkan dengan 2018. Di mana sepanjang 2019 hanya mencapai 0,51 persen dibandingkan 2018 sebesar 3,36 persen.
Advertisement
Data BPS
Sebelumnya, Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan rendahnya inflasi di tahun ini karena minimnya dorongan faktor Administered Price atau harga barang atau jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
"Kenapa inflasi 2019 bisa lebih rendah dari tahun 2018? Inflasi inti, tahun 2018 dan 2019 tidak beda jauh. Tapi berbeda di administered prices," ujarnya.
Adapun tahun ini komoditas utama yang memicu inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,16 persen. Kemudian, bensin 0,26 persen.
"Jadi kalau boleh disimpulkan tahun2019 inflasi 2,72 persen ini karena memang harga-harga relatif terkendali karena berbagai kebijakan, dan dari sisi administered prices tidak menyumbang banyak. Karena memang tidak ada kebijakan yang berpengaruh banyak kalau dibandingkan kebijakan di 2018," tuturnya.