Liputan6.com, Jakarta PT Taspen (Persero) membukukan aset Rp 263,25 triliun pada 2019. Angka tersebut naik 13,53 persen secara year on year (yoy) sekitar Rp 31,38 triliun dibanding 2018 sebesar Rp 231,87 triliun.
"Kita kelola uang sampai hari Rp 263 triliun termasuk aset, gedung dan sebagainya," Direktur Utama PT Taspen, Antonius NS Kosasih di Gedung Taspen, Jakarta Pusat, Senin (27/1/2020).
Baca Juga
Dari sisi ekuitas juga terjadi pertumbuhan sebesar Rp 1,7 triliun sepanjang 2019. Di mana Taspen membukukan ekuitas sebesar Rp 11,4 triliun atau meningkat 17,52 persen (year on year) dibandingkan 2018 sebesar Rp 9,7 triliun.
Advertisement
Sementara itu, total liabilitas pada tahun 2019 tercatat Rp 251,84 triliun, yang sebagian besar terdiri atas dana akumulasi yaitu iuran Pensiun PNS Rp 151,40 triliun serta liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp 99,48 triliun.
Kenaikan cadangan teknis yang ditetapkan oleh direksi menunjukkan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance yang sangat ketat diterapkan untuk menjaga keamanan pengelolaan dan kesejahteraan peserta.
Di 2018 angka Liabilitas kepada peserta dan cadangan teknis yang dicatat Taspen sebesar Rp93,96 triliun.
Hal itu berarti dengan lonjakan pendapatan yang ada Taspen mencatatkan kenaikan liabilitas kepada peserta dan cadangan teknis sebesar Rp 5,52 triliun atau ekuivalen dengan kenaikan sebesar 5,9 persen.
Dirut Taspen Tanggapi Rencana Peleburan dengan BP Jamsostek
Beberapa waktu lalu, BUMN asuransi pengelola dana pensiun TNI dan Polri, Asabri, mengalami penurunan nilai portofolio saham yang dimiliki. Kabarnya, pemerintah saat ini tengah menggagas rencana peleburan Asabri dan PT Taspen (Persero) dengan BP Jamsostek.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Asabri dan Taspen ditargetkan melebur ke BPJamsostek pada 2029.
Mengenai hal ini, Direktur Utama PT Taspen A.N.S Kosasih menyatakan, keputusan peleburan merupakan urusan pemegang saham mayoritas.
"Itu masih dibicarakan di tingkat atas, kemungkinan lebih tepat kalau tanya ke Kementerian BUMN, karena Taspen kan punya stakeholder, jadi kita tidak berwenang menjawab itu," ujarnya di Menara Taspen, Senin (27/1/2020).
Namun dirinya mengatakan akan berusaha menjaga kinerja Taspen agar dapat memiliki imbal hasil yang baik. Dalam paparan kinerja (unaudited), Taspen sudah mencatatkan laba Rp 388,24 miliar.
Lanjut Kosasih, Taspen sebagai pengelola dana pensiun harus mencatatkan kinerja sebaik-baiknya agar peserta sejahtera. Jika nanti Taspen ikut dipanggil Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rangka pembentukan panitia kerja (panja) pengawasan industri asuransi, Kosasih mengaku akan menghargai pemanggilan itu.
"Kalau Taspen dipanggil ya datang, kita harga itu, wajar aja kok, pensiunan DPR kan yang bayar Taspen, pasti berkepentingan juga. Justru nanti akan jadi kesempatan bagi kita untuk menyampaikan bahwa dana di kami pasti aman dan prudent," tutur Kosasih.
Advertisement